Hidayah Datang dari Nasihat yang Menggetarkan Hati
foto: islamicity

Kebenaran yang diturunkan kepada kalian dengan kebatilan yang kalian rekayasa dan menyembunyikan kebenaran tersebut sehingga keduanya tidak dapat dibedakan.

“Jangan kalian mencampur kebenaran dengan kebatilan. Jangan juga kalian menyembunyikan kebenaran. Padahal kalian menyadarinya.” (QS. Al-Baqarah :42)

Mencampuradukkan kedua hal ini sering terjadi dalam konteks kehidupan. erdalih toleransi sehingga harus melunturkan prinsip keyakinan,

Hakikatnya secara eksplisit mencampuradukkan ini tidak nampak, akan tetapi bagi mereka yang memiliki dasar dan prinsip beragama yang kuat akan memahami hal ini.

“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al Fath: 28)

Nasihat adalah niat baik yang datang dari hati seorang muslim. Dengan niat baik ini, seseorang di luar sana bisa saja tergerak hatinya untuk bertobat dan kembali menyeru agama Allah.

Untuk itu, wajib hukumnya bagi seorang muslim memberikan nasihat kepada saudaranya. Karena hidayah Allah bisa datang kapan saja kepada orang yang Dia kehendaki. Bisa jadi, dengan nasihat itu, Allah mendatangkan hidayah-Nya.

Ada pun memberikan nasihat diibaratkan sebagai tindakan menutup cacat pada baju seseorang. Ini sama halnya dengan menutup cela atau kekurangan yang terdapat pada dirinya.

Karena siapa yang menutupi cela orang lain, maka Allah akan menutupi celanya di dunia dan akhirat

“Aku menyampaikan amanat Rabbku, memberikan nasihat kepadamu dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al A’faf :62)

Rendah hati disebut juga dengan tawadhu. Ini merupakan akhlak terpuji dalam Islam, karena seseorang menempatkan dirinya lebih rendah di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Akan tetapi ada juga beberapa ulama mengatakan bahwa Sesungguhnya menyombongi orang yang sombong termasuk sedekah, seperti halnya menyombongi orang yang fasik, agar mereka cepat sadar diri akan kekeliruannya

“Tidak akan masuk surga siapa yang dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar zarrah.” (HR Muslim)

Untuk bisa bersikap tawadhu, seseorang harus menanggalkan sifat sombong yang ada dalam dirinya. Karena hanya dengan cara inilah sikap tawadhu dalam diri seseorang dapat tumbuh dengan baik.

“Tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu (rendah hati) karena Allah, melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)

“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Lukman :18). (*)

*) Ferry Is Mirza DM, Aktivis Muhammadiyah dan Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Jatim

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini