Berdasarkan teori dan tabiat alamiahnya, setiap organisasi akan mengalami pergiliran fase dari kelahiran, dewasa, kejayaan, penurunan prestasi hingga krisis yang akhirnya membuat organisasi itu bubar.
Dalam catatan sejarah, banyak negara hingga institusi masyarakat dengan capaian gemilang yang kemudian tak berbekas karena mengalami fase tersebut. Alquran menegaskan pergiliran kejayaan itu dalam Surat Ali Imran ayat 140.
Menyadari tabiat alamiah di atas, Muhammadiyah tidak menutup kemungkinan juga akan mengalaminya.
Namun, dari keniscayaan alamiah itu ada cara untuk menghindarinya. Yakni, profesionalisme dan sistem tata kelola organisasi.
Muhammadiyah bisa dibilang relatif aman dari ancaman alamiah di atas. Ada dua hal yang mendasari keyakinannya.
Pertama, sistem tata kelola di Muhammadiyah yang terus diperkuat dari masa ke masa, baik lewat AD/ART, pedoman organisasi hingga rumusan-rumusan baru yang terus diperbarui lewat Tanwir hingga Muktamar.
Majelis Tarjih lewat Musyawarah Nasional ke-27 tahun 2010 bahkan telah membuat Fikih Tata Kelola yang intinya mengacu pada asas dan prinsip-prinsip good governance.
Buku HPT Jilid 3 juga memuat bab khusus soal fikih tersebut yang menekankan pada pengelolaan yang baik (husn at-tadbi) guna mewujudkan tujuan Muhammadiyah di pasal 6 Anggaran Dasarnya, yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Alasan kedua, Muhammadiyah akan tetap eksis adalah jangkauan Muhammadiyah yang telah tersebar di seluruh dunia.
Di usianya yang 110 tahun ini, Muhammadiyah diketahui telah memiliki 19 cabang istimewa Muhammadiyah tersebar di berbagai negara.
Bahkan aset amal usahanya juga berdiri di beberapa negara seperti Mesir, Malaysia, dan Australia.
Di Australia, Jepang, kita sudah jadi organisasi legal di sana. Bisa kita bayangkan seratus tahun lagi bagaimana Muhammadiyah di Australia.
Bahkan teman-teman di New South Wales itu sudah guyon, kantor PP Muhammadiyah besok tidak hanya di Jogja, Jakarta, tapi di Sidney. Itu guyonan yang mungkin jadi kenyataan 100 tahun lagi kita tidak ada yang tahu.
Mengutip pendapat Allahuyarham Buya Syafii ketika ditanya sampai kapan Muhammadiyah eksis. Kutipnya, Muhammadiyah masih melaksanakan raker dan rapat meski sehari sebelum kiamat.
Buya Syafii dulu saat Muktamar di Malang juga mengatakan kalau kantor PP Muhammadiyah di Jogja, di Jakarta dikudeta, PWM Jawa Timur bisa sebagai pemerintahan daruratnya, misalnya.
Tentu naudzubillah min dzalik kalau ada masalah Muhammadiyah di Indonesia. Muhammadiyah tak bakal hilang karena sudah ada di Sidney, di Amerika, di Jepang dan seterusnya.
Atas pandangan jauh ke depan ini, Muhammadiyah telah berada di jalur yang benar karena melaksanakan berbagai penguatan dan konsolidasi gerakan.
Baik dari Baitul Arqam, Darul Arqam, hingga forum-forum tematik seperti pengajian seperti Ideopolitor.
Diharapkan agar pimpinan ranting Muhammadiyah di akar rumput terus diperkuat dan dimajukan.
Sedangkan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang ada harus terus dikembangkan, termasuk yang berada di luar negeri.
AUM kita adalah pekerjaan harian yang harus kita majukan untuk unggul dan tumbuh, maju, dan membanggakan.
Nah, pekerjaan ini membutuhkan tata organisasi yang berbeda dengan zaman Kiai Ahmad Dahlan.
Universitas Muhammadiyah di Malaysia sekarang sudah punya lima program doktor, harus dipikirkan 100 tahun lagi seperti apa. (*)
(Disampaikan Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti dalam dialog Ideopolitor II di Unisa Yogyakarta, 13 Mei 2023)