*) Oleh: As’ad Bukhari, MA,
Analis Intelektual Muhammadiyah Islam Berkemajuan
Ada banyak pesan dari Kiyai Ahmad Dahlan yang tertulis dalam tinta sejarah, bahkan hampir semua orang tahu walaupun tak semua mau menerapkannya.
Muhammadiyah sebagai persyarikatan yang bersifat kolektif kolegial dengan mendengedepankan kolaborasi, koordinasi dan kombinasi dalam berorganisasi.
Prinsip egaliter penuh hikmah lagi kebijaksanaan dan tidak pula ada yang merasa tinggi untuk dikultuskan, serta tidak pula direndahkan dalam keburukan.
Meskipun memiliki tugas dan amanah yang berbeda, juga berbeda status sosial, status pendidikan dan status ekonomi.
Akan tetapi semua merupakan saudara dan keluarga besar warga Muhammadiyah yang memiliki cita harapan yang besar.
Membesarkan dan menghidupkan Muhammadiyah dari setiap tantangan dan juga tuntutan zaman ke zaman.
Hal ini membuat rasa untuk kembali mengaktifkan semangat bermuhammadiyah harus kembali hadir, agar setiap langkah lebih mudah untuk dijalani secara kebersamaan.
Amal usaha Muhammadiyah itu penting, dan sama pentingnya juga Muhammadiyah sebagai induknya.
Sebab tidak bisa dipisahkan antara Muhammadiyah dengan amal usaha, antara amal usaha dengan Muhammadiyah karena ini bagain dari satu tubuh komponen syiar dakwah Islam berkemajuan Muhammadiyah.
Bermuhammadiyah sekaligus beramal usaha Muhammadiyah, tentu lebih dominan dalam gerakan dan keaktifan menjalankan roda kegiatan organisasi di Muhammadiyah.
Sebab ada juga bermuhammadiyah tapi belum tentu bagian dari beramal usaha, namun jauh lebih lemah lagi bila hanya beramal usaha Muhammadiyah tapi tidak bermuhammadiyah.
Masih dimaklumi jika bermuhammadiyah tapi tidak beramal usaha karena bisa saja tidak berkeja di sana, tidak menjadi bagian pimpinan stakeholder atau bukan bagian unsur penting di dalamnya.