UM Surabaya

Allah SWT berfirman, “Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Tetapi kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan” (QS 16: 93).

Ayat ini menunjukkan Allah menguji kita dengan apa yang telah Dia berikan kepada kita. Maka kita harus berlomba-lomba dalam melakukan hal-hal baik. Kita akan kembali kepada Tuhan, dan Dia akan memberi tahu Anda tentang hal-hal yang dulu kita perdebatkan.

Jadi ada pengakuan di sini bahwa orang akan tetap berbeda pendapat tentang berbagai masalah, dan mereka harus mengabaikannya atau setidaknya melampauinya dan mencoba untuk berusaha dan berlomba satu sama lain dalam melakukan hal-hal baik sebagai gantinya.

Perselisihan teologis tidak dapat diselesaikan di sini, dan hanya akan dikembalikan kepada Tuhan. Bahwa Tuhan akan memberi tahu kita siapa yang benar dan siapa yang salah.

Al-Qur’an menawarkan panduan tentang bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain. Keterlibatan kita harus ditandai dengan martabat dan kebaikan.

Misalnya, dalam Surah ke-16 ayat 125 dikatakan: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”

Jadi seorang Muslim harus ramah dalam pelbagai interaksi dan dialog dengan orang lain. Dia harus bermartabat dan menghormati orang lain. Karena itulah satu-satunya cara agar rasa hormat bisa dibagi.

Umat Islam harus berkata kepada ahli kitab: “Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri” (QS 29: 46).

Pada ayat lain juga diutarakan: “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah” (QS 3: 64).

Terkait dengan pendekatan dialogis yang saling menghormati, Al-Qur’an mengatakan: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan” (QS 6: 108).

Artinya mereka mungkin tidak menyadari bahwa dengan menghina Allah, mereka sebenarnya menghina Tuhan mereka sendiri.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini