Totalitas Penyandaran dan Penjagaan Allah
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

Manusia seringkali bercita-cita tinggi dan berupaya untuk menggapainya dengan mengerahkan segala daya dan tenaganya. Bahkan kepintaran dan apa pun dikerahkan untuk mewujudkan keinginannya. Penyandaran pada kekuatan dan modalitas diri, hingga melupakan peran Allah merupakan kelalaian fatal yang akan berdampak buruk. Karena Alllah yang secara totalitas bisa  mewujudkan atau menghempaskan impian semua hamba-Nya.

Inilah pentingnya penyandaran secara total kepada Allah, sehingga Allah akan menjaga dan memilihkan yang terbaik bagi hamba-Nya. Nabi Yusuf bisa menjadi contoh manusia yang menyandarkan hidupnya pada Allah serta menjaga perintah dan menjauhi larangan-Nya. Maka Allah pun menjaganya dari berbagai musibah dan fitnah dan menjadikannya sebagai manusia yang dimuliakan di dunia dana akherat.

Impian Manusia

Manusia umumnya memiliki impian dan cita-cita yang tinggi, serta berupaya untuk meraihnya dengan berbagai usaha dan upaya. Bahkan mereka demikian yakin cita-citanya tergapai sehingga mengandalkan kepintaran otaknya. Tidak jarang apa yang diupayakan menerjang larangan dan perintah. Artinya, manusia dalam menggapai cita-cita, manusia mengandalkan kemampuan dirinya, tanpa mengindahkan Sang Pemilik dan Pewujud Impian manusia.

Kalau manusia yang senantiasa sukses dalam mewujudkan impiannya seringkali merasa sangat yakin bahwa segala yang diimpikan dan direncanakan senantiasa terwujud. Namun Allah pun menegur manusia yang merasa dirinya memiliki segalanya sehingga melalaikan Dzat yang memiliki dan menentukan segalanya. Hal ini sebagaimana paparan Al-Qur’an berikut :

اَمْ لِلْاِ نْسَا نِ مَا تَمَنّٰى

“Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya?” (QS. An-Najm : 52)

Allah memastikan bahwa tidak semua impian dan cita-cita manusia akan terwujud. Karena hanya Allah yang bisa mewujudkan segala sesuatu, termasuk impian manusia yang tidak masuk dalam nalar. Karena Allah lah yang memiliki kekuasaan di dunia dan akhirat serta menjamin apa pun akan terjadi atau tertolak. Hal ini sebagaimana termaktub dalam firman-Nya :

فَلِلّٰهِ الْاٰ خِرَةُ وَا لْاُ وْلٰى

“(Tidak), maka milik Allah lah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.” (QS. An-Najm : 25)

Sebagai Pencipta dan Pemelihara langit dan bumi yang ada di dunia ini, serta Penguasa dan dan Raja di akhirat, Allah memastikan bahwa segala kehendak manusia di bawah penegendalian-Nya. Sehingga manusia yang menyandarkan diri dan pasrah kepada Allah, maka Allah akan memberi jalan terbaik untuknya.

Jalan Kebaikan

Perbuatan hamba senantiasa dalam pengawasan-Nya. Oleh karenanya, penyandaran secara secara total kepada-Nya, dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya, akan menggerakkan Allah untuk memberi yang terbaik bagi hamba-Nya.

Apa yang dialami oleh Nabi Yusuf bisa menjadi pelajaran berharga. Beliau mengalami cobaan hidup beruntun, mulai dari iri-dengki saudaranya, hingga hidup di tengah kemewahan dengan godaan syahwat yang amat menggoncangkan. Namun keteguhan dalam menjalankan perintah Allah, membuat dirinya selamat dan sukses dari berbagai cobaan hidup. Allah pun memberikan hikmah dan ilmu sehingga senantiasa dalam ketaatan. Totalitas dalam ketaatan dan penyandaran hidup pada Allah, membuat dirinya mendapatkan hikmah dan pengetahuan ilahiyah yang berharga. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :

وَلَمَّا بَلَغَ اَشُدَّهٗۤ اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًا ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf : 22)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini