*) Oleh: Sigit Subiantoro,
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Dakwah itu yang biasa-biasa saja, dong. Jangan melarang-larang. Jangan menyinggung, jangan membahas yang haram-haram.
Karena itu kita katakan, yang namanya dakwah ya memang kadang harus melarang, menyinggung dan, membahas yang haram, sebab kita harus menjelaskan kepada umat mana yang salah dan mana yang benar.
Jika dakwah tidak boleh menyebutkan yang salah, maka bagaimana cara meluruskan kesalahan?
Sebuah contoh…
Ketika kita berbicara tentang haramnya riba, maka pelaku riba yang akan merasa kesal.
Ketika kita bicara haramnya pacaran, yang pacaran tersinggung.
Ketika ketika berbicara tentang kejinya zina, maka pelaku zina yang akan merasa kesal.
Ketika kita berbicara tentang bahayanya miras, maka penikmat miras yang akan merasa kesal.
Ketika kita berbicara tentang haramnya rokok, maka penikmat rokok yang akan merasa kesal.
Ketika kita berbicara tentang larangan berbuat syirik dan bid’ah, maka pelaku kesyirikan dan bid’ah yang akan murka.
Ketika kita berbicara tentang wajibnya menutup aurat, maka yang biasa membuka aurat yang akan merasa kesal.
Begitulah seterusnya dan seterusnya …
Tujuan dakwah adalah memang untuk mengingatkan, dan di situ pasti akan ada saja orang yang tidak suka dan kesal dengan yang kita sampaikan, walaupun kita sudah berusaha menyampaikan dengan baik dan lembut.
Jadi sebenarnya bukan dakwahnya yang keras, tapi hati kita yang belum siap menerima kebenaran.
Sebab dakwah selembut kapas dan sehalus sutra pun akan tetap terasa setajam duri, bagi mereka yang menolak kebenaran.
Semoga Allah memberikan kita Taufiq dan Hidayah-Nya agar kita dapat menerima kebenaran.
Semoga bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News