Keadaan Malam Pertama di Alam Kubur
foto: pexels
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Ketika ajal tiba, tahap pertama kita akan masuk malam pertama dalam kubur,
Sendiri, sepi di cekam oleh sunyi.
Tanpa anak-anak.
Tanpa pasangan hidup,
Dan juga tanpa sahabat karib,
Yang ada hanyalah kita sendiri dan amal,
Itu pun jika kita punya amal….

Inilah malam pertama anak kita menjadi yatim,
Istri kita menjadi janda,
Atau suami kita menjadi duda.

Inilah malam pertama yang menggusur kita dari tempat tidur yang hangat dan empuk, berpindah ke tempat dinginnya tanah dan berselimutkan kafan,

Inilah malam pertama yang mengusir kita dari rumah mewah dan megah,
Dan sekarang menempati liang lahad yang gelap dan sempit,

Inilah malam pertama di mana kita menjadi santapan belatung, cacing tanah dan serangga,

Padahal kemarin malam kita masih berpesta, makan dan minum bersama keluarga dan sahabat karib,

Inilah malam pertama yg akan kita alami sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kabarkan kepada kita dalam sabdanya:

فَإِنَّهُ لَمْ يَأْتِ عَلَى القَبْرِ يَوْمٌ إِلاَّ تَكَلَّمَ فِيهِ فَيَقُولُ : أَنَا بَيْتُ الغُرْبَةِ وَأَنَا بَيْتُ الوَحْدَةِ ، وَأَنَا بَيْتُ التُّرَابِ ، وَأَنَا بَيْتُ الدُّودِ

“Tidak terlintas suatu hari di alam kubur melainkan ia (kubur) akan berkata, ‘Saya adalah rumah pengasingan, rumah kesendirian, rumah dari tanah dan rumah belatung.'” (HR. At-Tirmidzi, no. 2460)

Dan pada malam inilah kita baru sadar dan benar-benar menyesal, ternyata harta, keluarga, jabatan yang kemarin kita miliki, kita banggakan dan terus kita kejar hingga membuat kita lalai dari mengingat Allah, tidak satu pun dari pada semua itu berarti bagi kita, kecuali amal saleh yang pernah dilakukan.

Tiga yang menemani kita sampai ke kubur, dua akan pulang, satu akan tetap menemani kita di alam kubur. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Yang mengikuti mayit sampai ke kubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.” (HR. Bukhari, no. 6514; Muslim, no. 2960)

Ketika seseorang meninggal dunia maka ada tiga yang mengikutinya hingga ke kubur.

Pertama adalah keluarganya, yaitu anak dan kerabatnya, begitu pula sahabat dan kenalannya.

Kedua adalah hartanya, seperti budak laki-laki atau perempuannya, juga hewan tunggangannya.

Ketiga adalah amalannya, yaitu amal baik atau buruk yang pernah ia lakukan. Keluarga dan harta tadi akan kembali. Yang tersisa hanyalah amalnya yang menemani ia di kubur.

Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

قَوْلُهُ ( يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ) هَذَا يَقَعُ فِي الْأَغْلَبِ ، وَرُبَّ مَيِّتٍ لَا يَتْبَعُهُ إِلَّا عَمَلُهُ فَقَطْ

“Mayit akan diikuti oleh keluarga, harta dan amalnya. Itu adalah umumnya. Bisa jadi ada mayit yang hanya diikuti oleh amalnya saja, tanpa membawa harta dan keluarga ketika diantar ke kuburan.” (Fath Al-Bari, 11: 365)

Jadi yang terpenting membawa amal saleh, karena yang akan menemani hingga ke barzakh sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Bara’ bin ‘Azib yang panjang tentang pertanyaan di alam kubur.

Ada ketika itu datang seseorang yang berwajah tampan dan berpakaian bagus, baunya pun wangi. Ia adalah wujud dari amalan saleh seorang hamba. Sedangkan orang kafir didatangi oleh orang yang berwajah jelek. Itu adalah wujud dari amalan jeleknya. (HR. Ahmad, 4: 287. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadis ini sahih, perawinya adalah perawi yang sahih). (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini