Kasus gangguan ginjal pada anak hingga harus menjalani tindakan cuci darah banyak ditemukan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Sebelum divonis gangguan ginjal, kebanyakan dari anak-anak yang dirawat di rumah sakit rujukan nasional ini, banyak mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan.
Ira Purnamasari, pakar kesehatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, menjelaskan, ginjal merupakan organ yang berfungsi dalam proses penyaringan hasil metabolisme dan akan membuang zat-zat yang tidak diperlukan tubuh melalui proses pembentukan urine.
“Gagal ginjal merupakan kondisi di mana terjadi penurunan fungsi ginjal dalam menyaring limbah hasil metabolisme dan membuang racun. Sisa-sisa metabolisme yang seharusnya dikeluarkan oleh sistem kemih akhirnya menumpuk di ginjal, yang dalam jangka panjang akan mengakibatkan gagal ginjal,” terang dia, Selasa (30/7/2024)
Dosen di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) ini lalu menjelaskan, kebanyakan penyebab kasus gagal ginjal yang terjadi pada anak-anak yang menjalani cuci darah adalah kelainan kongenital atau kelainan bawaan sejak lahir.
Pemicu paling banyak adalah sindrom nefrotik, dan bentuk ginjal yang abnormal seperti bentuk ginjal yang kecil dan kista ginjal.
“Selain karena kelainan bawaan, gagal ginjal pada anak juga bisa disebabkan karena obesitas. Obesitas bisa disebabkan karena gaya hidup salah satunya pola makan tidak sehat. Sering mengonsumsi minuman manis berkemasan, makanan cepat saji, dan makanan berkalori tinggi,” papar Ira.
Dia menjelaskan, selain pola makan tidak sehat, penyebab lain obesitas adalah kurangnya aktivitas pada anak. Apalagi penggunaan gadget menyebabkan anak malas untuk bergerak.
Kurangnya gerak pada anak menyebabkan kalori yang masuk ke tubuh lebih banyak dibandingkan kalori yang dibakar.
“Penumpukan kalori secara terus menerus dapat menyebabkan anak mengalami obesitas,” cetus Ira.
Dia menambahkan, penanganan pada anak yang mengalami gangguan ginjal terminal adalah dengan cuci darah.