Darurat Adab
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf

Syaikh Abdul Qadir al Jailani bernasihat: “Hidup itu untuk mengingat Allah, bukan mengingat kesalahan orang lain.”

Abu Yazid Al Bhustami menambahkan: “Betapa beratnya mendendam pada kesalahan kesalahan orang lain yang sudah ditobati. Sementara sibuk mendendam dan mengingat kesalahan orang lain, ia lupa mentobati kekhilafan sendiri karena sibuk mengingat kesalahan orang lain.”

***

Apa karena kita terlalu egaliter. Terlalu demokratis atau karena kolektif kolegial, sehingga menghilang jarak menghapus kelas, semua dianggap sama, dianggap setara. Lantas bebas berbicara seenak hati?

Atau karena dunia memang sudah demikian bebas lepas? Semua bisa bicara, mengkritik, mem-bully, persekusi tanpa adab.

Jadi benarkah kita tak punya adab? Sebagai aktivis, saya sangat paham tentang perilaku keberagamaan kita – termasuk saya yang besar di lingkungan orientasi ilmu.

Adab adalah sesuatu yang tak pernah dipelajari serius kecuali sesekali dengan durasi yang sangat sedikit.

Saya pikir ini problem krusial, bagaimana adab menerima tamu termasuk beberapa kejadian saat tamu undangan sekelas Jokowi diperlakukan kurang baik padahal beliau adalah tamu undangan yang layak mendapat penghormatan dijaga marwah dan martabatnya sebagai tamu yang di undang. Jika tak suka kenapa diundang sebagai tamu?

***

Adab menyampaikan pendapat, adab mengkritik, adab ketika berbeda pendapat, adab terhadap pimpinan, adab terhadap ulama atau ustad, adab terhadap senior, adab terhadap para pendahulu, adalah sesuatu yang urgent di bincangkan di tengah kebebasan yang sangat.

Bahkan adab terhadap sesama aktivis pergerakan, menghindari prasangka buruk, suuzan, mendendam hingga akhir hayat, terus mengingat kesalahan teman, hasad, dengki, iri hati, bahkan menjurus fitnah dan pembunuhan karakter.

Pendek kata, tiada maaf bagimu. Satu kesalahan yang di lakukan sudah cukup menghapus semua kebaikan yang pernah dilakukan, termasuk gampang melupakan jasa dan susah melupakan kesalahan teman.

Mungkin seseorang telah melakukan kehilafan tapi sudah bertobat sementara dirimu terus mengingat kesalahan yang sudah ditobati itu sepanjang hidupmu.

***

Nabi Muhammad saw diutus untuk menyempurnakan akhlak. Sungguh, dalam diri Rasulullah terdapat akhlak terpuji.

Imam Malik rahimahullah berkata: pelajarilah adab sebelum belajar ilmu. Ibnu Mubarok berkata; Kami mempelajari masalah adab selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”

Semoga Allah Taala memperbagus adab kita. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini