Diperlukan revitalisasi dan tranformasi dalam mengelola organisasi yang sesuai dengan kontek zaman yang terus berubah. Sebab era sekarang tentu tantangannya berbeda dengan zaman sebelumnya.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Kamis (1/8/2024) dalam Pelatihan Penggerak Utama Persyarikatan Sekretaris PWM se-Indonesia di Sleman.
Merujuk poin enam Muqaddimah Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah, Haedar menjelaskan, untuk melancarkan amal usaha dan perjuangan dilakukan dengan mengindahkan ketertiban organisasi.
“Tertibnya itu juga tetap harus ada pembaruan-pembaruan, mana hal-hal yang tetap harus dipertahankan, tapi mana harus memerlukan reformasi, ya, reformasi organisasi – birokrasi,” tutur Haedar.
Sebagai organisasi Islam besar di Indonesia, Muhamamdiyah terbilang sukses dalam manajemen tata kelola organisasi. Bahkan tak jarang Muhammadiyah menjadi rujukan bagi organisasi keagamaan lain dalam manajemen organisasi.
Guru Besar Ilmu Sosiologi ini juga mendorong diperkuatnya identitas organisasi, yang didalamnya memuat tiga konten utama yaitu nilai, pelestarian organisasi, dan yang ketiga adalah ditingsi atau keunikan yang membedakan dengan yang lain.
“Ini perlu diformulasikan, jadi era budaya organisasi itu sudah mulai ditinggalkan, memulai fase baru yang disebut dengan identitas organisasi,” imbuh Haedar.
Oleh karena itu, PP Muhammadiyah terus melaukan revitalisasi dan reformasi organisasi salah satu langkahnya adalah dengan melakukan brand gudiline yang diterapkan sebagai identitas Muhammadiyah di berbagai platform.
Lebih dari itu, ketika Bermuhammadiyah Haedar meminta supaya setiap aktivisnya untuk bergembira dalam menjalankan amanah, sebab organisasi di Muhammadiyah adalah panggilan.(*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News
