***
Wedang Corona di gelas masih tersisa. Beberapa teman yang baru datang ikut nimbrung. Kami makin gayeng berdiskusi dengan Prof Nazar.
“Sampeyan percoyo (Anda percaya), saya dulu bercita-cita jadi wartawan. Temen (sungguh),” ujar pria kelahiran Magelang, 24 Juni 1964 ini.
Dia lalu menceritakan, keinginan menjadi wartawan dulu lantaran dia sangat menyukai dunia jurnalistik. Dia menjadi pelopor berdirinya pers kampus saat menjadi saat menjadi mahasiswa Universitas Widyagama Malang.
Dari aktivitas jurnalistik yang ditekuni, Prof Nazar sempat dicalonkan menjadi ketua pers kampus se-Indonesia.
Bukan hanya itu saja. Usai lulus S-1 dari Universitas Widyagama Malang, tahun 1988, Prof Nazar berkeinginan untuk menjadi wartawan profesional. Dia pun meniatkan diri untuk berangkat ke Jakarta. Berkarier menjadi seorang jurnalis.
Baca juga: Usung Spirit KH Ahmad Dahlan di The Sagian Villa
Keinginan Prof Nazar itu kemudian didengar oleh ayahnya, Prof. Abdul Malik Fadjar, mantan Menteri Pendidikan Nasional (kini sudah almarhum). Sang ayah hanya bilang kalau apa pun pekerjaan harus dilakukan dengan tekun dan istiqomah.
Namun, Prof. Muhadjir Effendi (kini Menko PMK) yang menjadi kader Prof. Abdul Malik Fadjar, tidak kelewat mendukung jika dirinya berkarier di dunia jurnalistik.
“Pak Muhadjir tidak setuju. Beliau malah mendorong saya jadi bankers. Disuruh sekolah ke LPPI (Lembaga Pendidikan Perbankan Indonesia) punya BI (Bank Indonesia). Waktu itu, saya malah ngelamar jadi periset di World Bank,” tutur Prof Nazar, mengenang.
Tahun 1992, dia melanjutkan S-2 di Universitas Gadjah Mada (UMG) Yogyakarta. Mengambil Program Magister ESDM & Kependudukan dan lulus, tahun 1995. Dia menulis tesis berjudul “Penyerapan & Produktivitas Pekerja Industri Rokok di Malang.”
Keinginan untuk menekuni bidang Ilmu Manajemen dia wujudkan dengan melanjutkan S-3 di Universitas Brawijaya Malang, tahun 2023. Di sana dia menyelesaikan studi, tahun 2007 dengan menulis disertasi berjudul “Strategi Sumber Daya Manusia & Kinerja Pasar Perbankan.”
Di usia 60 tahun, Prof Nazar masih terlihat energik. Dia juga selalu terlihat bersemangat ketika berbicara tentang topik-topik aktual, manajemen, sejarah, pendidikan, dan politik. Matanya berkilau setiap kali ia membahas sesuatu yang memotivasinya.
Prof Nazar dikenal rakus membaca buku. Banyak sekali koleksi buku di rumahnya. Sesekali, ketika ada waktu luang, dia menyempatkan diri untuk menulis yang menjadi salah satu hobinya. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News