*) Oleh: Syahrul Ramadhan, SH, M Kn.
Sekretaris LBH AP PD Muhammadiyah Lumajang
Integritas seorang pemimpin tidak hanya dapat diukur dari tindakan atau keputusan yang diambil, tetapi juga dari kata-kata yang diucapkannya. Dalam Islam, integritas ini ditegaskan melalui berbagai ajaran dalam Al-Qur’an dan Hadis, yang memberikan teladan jelas tentang pentingnya menjaga lisan dan kejujuran.
Surah As-Saff, yang berarti “Barisan,” adalah salah satu surah yang menggarisbawahi integritas lisan dan akhlak seorang pemimpin. Surah ini, yang terdiri dari 14 ayat, mengandung pesan-pesan penting tentang kejujuran dan konsistensi antara kata dan perbuatan. Berikut adalah beberapa poin penting terkait integritas pemimpin yang tergambar dari surah ini:
- Keselarasan antara Ucapan dan Tindakan
Surah As-Saff menekankan pentingnya keselarasan antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan. Ayat pertama surah ini mengingatkan bahwa umat Islam harus berbaris dengan rapi dalam melakukan kebaikan, yang mencerminkan kesatuan niat dan tindakan. Pemimpin yang memiliki integritas akan memastikan bahwa pernyataan dan janjinya selaras dengan tindakan yang diambil. Dalam ayat ke-2 dan ke-3, Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Saff: 2-3)
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa mengucapkan sesuatu tanpa melakukannya adalah perilaku yang sangat dibenci oleh Allah. Pemimpin yang jujur akan menjaga kata-katanya sesuai dengan kenyataan, tidak hanya berbicara tetapi juga bertindak sesuai dengan apa yang dikatakannya.
- Teladan Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah contoh utama dari seorang pemimpin yang memiliki integritas. Beliau selalu memastikan bahwa kata-kata dan tindakannya selaras. Ketika beliau berjanji atau berbicara, beliau melakukannya dengan penuh tanggung jawab dan tidak pernah mengucapkan sesuatu yang tidak bisa dipenuhi. Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim sering menekankan pentingnya kejujuran dalam ucapan, seperti yang dinyatakan dalam hadis berikut:
“Katakanlah kebenaran, meskipun itu pahit.” (HR. Al-Bukhari)
Teladan Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa integritas lisan adalah bagian integral dari kepemimpinan yang efektif dan terhormat.
- Kisah Pemimpin Munafik
Sebagai perbandingan, Al-Qur’an juga memberikan contoh pemimpin yang tidak memiliki integritas. Salah satu contohnya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, seorang pemimpin munafik di zaman Nabi Muhammad SAW. Abdullah bin Ubay sering berkata dan berjanji untuk mendukung Nabi dan komunitas Muslim, tetapi di balik itu, ia sering melakukan tindakan yang merugikan dan menyebarkan fitnah. Al-Qur’an menggambarkan sikap munafik ini dalam beberapa ayat, misalnya dalam Surah Al-Munafiqun:
“Di antara orang-orang munafik itu ada yang mengatakan, ‘Kami tidak akan dibangkitkan (lagi) pada hari kiamat.’ Katakanlah, ‘Sekali-kali tidak, demi Tuhanku, kamu pasti akan dibangkitkan, kemudian kamu pasti akan diberitakan kepada kamu apa yang kamu kerjakan.’” (QS. Al-Munafiqun: 9)
Kisah Abdullah bin Ubay bin Salul menunjukkan bahaya ketidaksesuaian antara kata-kata dan tindakan, serta betapa merusaknya sifat ini bagi kepemimpinan dan komunitas.
Integritas lisan adalah aspek penting dari kepemimpinan dalam Islam. Surah As-Saff menggarisbawahi pentingnya konsistensi antara ucapan dan tindakan, sementara teladan Nabi Muhammad SAW memberikan contoh ideal tentang bagaimana seharusnya seorang pemimpin berperilaku.
Sebaliknya, kisah Abdullah bin Ubay bin Salul menunjukkan konsekuensi negatif dari ketidaksesuaian antara kata dan perbuatan. Pemimpin yang benar-benar memiliki integritas akan memastikan bahwa setiap kata yang diucapkan didasari oleh tindakan yang sesuai, mencerminkan kejujuran dan komitmen yang kuat terhadap prinsip-prinsip Islam. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News