UM Surabaya

 

Praha, Keindahan Jantung Eropa, dan Kehidupan Islam
Penulis di Charles Bridge. foto: dok/pri

Isu Islamophobia

Berbeda dengan negara Uni Eropa lainnya seperti Spanyol, Hungaria, dan Serbia yang memiliki masa lalu di bawah pemerintahan Kerajaan Ottoman, Republik Ceko tidak pernah berada di bawah pemerintahan Kerajaan Ottoman.

Tetapi perang-perang yang dilakukan oleh Kerajaan Ottoman memiliki dampak yang cukup signifikan bagi Republik Ceko.

Ancaman-ancaman Ottoman saat itu, mendorong Raja Ferdinand dari Hafsburg (Asutria) mengambil tahta Kerajaan Ceko, yang menjadikan Ceko di bawah pemerintahannya.

Sedangkan Kerajaan Hafsburg sendiri penganut Kristiani yang melawan Kerajaan Ottoman. Konsekuensinya, orang-orang Republik Ceko saat itu melihat bangsa Turki sebagai orang lain dan memiliki kebudayaan lain.

Sedangkan pertautan Republik Ceko dengan Islam secara langsung dalam sejarah tidak banyak diketahui.

Mungkin saja, ada jejak persebarannya, karena dulu Republik Ceko juga satu dengan Slovakia, atau Cekoslovakia.

Baca juga : Islam di Austria dan Jejak Kerajaan Astro Hungarian

Betul atau tidak, ada informasi juga menyebutkan bahwa awal mula masuknya Islam di negara ini, saat Islam berjaya di Spanyol.

Memang secara statistik belum ada data terbaru berapa jumlah pemeluk agama Islam di negara ini.

Namun, bisa dipastikan bahwa Islam di negara tersebut juga minoritas seperti di negara Eropa lainnya.

Karena minoritas ini, maka tantangan sebagai pemeluk agama Islam lebih berat ketimbang hidup di negara-negara Islam seperti di Indonesia, Turki, Arab Saudi, dan lain-lain.

Tantangan berikutnya adalah isu Islamophobia yang merebak di Eropa sejak peristiwa 9/11. Selain itu, krisis soal imigran pada tahun 2015 juga menjadi tantangan menguatnya Islamophobia termasuk di Ceko.

Pada tahun tersebut banyak imigran datang dari negara timur tengah ke Uni Eropa. Imigran yang dimaksud dalam survei tersebut adalah para imigran dari negara-negara Afrika dan timur tengah yang mayoritas beragama Islam.

Peristiwa ini pula menyebabkan perdebatan di berbagai pihak. Pada tahun 2015 dilakukan survei publik di negara tersebut tentang pandangan mereka soal imigran.

Banyak dari responden yang menolak untuk menerima imigran dan pencari suaka. Survei berikutnya dilakukan pada tahun 2016, sebanyak 92 persen dari responden melihat bahwa imigran adalah ancaman bagi mereka.

Banyak para sarjana menyebutkan bahwa isu Islamophobia ini dipolitisasi oleh beberapa pihak. Misalkan para politisi sayap kanan yang membawa isu soal keamanan.

Mereka sering menarasikan bahwa para imigran yang beragama Islam ini akan mengancam keamanan masyarakat.

Mereka mengaku berdiri melawan ekstremisme dan radikalisme, meskipun dalam banyak para sarjana melihat bahwa isu tersebut lebih banyak dituduhkan terhadap Islam.

Selain itu juga mereka melihat bahwa para imigran Islam tersebut dapat menghilangkan identitas dan value bangsa Eropa.

Sama seperti isu Islamophobia di negara Eropa lainnya, Islam sering kali di asosiasikan sebagai bahaya dan ancaman.

Oleh karenanya, umat Islam di negara ini memiliki tantangan berat. Organisasi Islam seperti Muhammadiyah perlu memikirkan bagaimana mencari jalan untuk menyebarkan Islam berkemajuan di negara-negara muslim minoritas.

Muhammadiyah perlu ambil peran dalam melakukan dakwah sehingga bangsa-bangsa barat seperti orang Eropa melihat Islam sebagai agama yang membawa kedamaian dan memiliki kesesuaian dengan perkembangan zaman. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini