Para Pendukung Kebaikan
foto: ap
UM Surabaya

*) Oleh: Diyan Faturahman, SAg., MPd,
Anggota PRM Pengalusan, Mrebet, Purbalingga

اَلْحَمْدُلِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ بِنِعْمَتِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ  وَنَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُبِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد . أَمَّا بَعْد : عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Di dalam Al-Qur’an dikisahkan ada seorang lelaki yang tidak disebutkan namanya, Allah SWT hanya menyebutnya dengan Rajulun, yakni seorang lelaki.

Dalam tafsir, antara lain disebutkan bahwa pekerjaannya ialah sebagai tukang kayu, ada pula yang menyebut tukang tenun sutera, seorang ahli ibadah dan senang bertafakur di dalam goa, ringkasnya ia bukan seorang yang memiliki martabat kedudukan yang tinggi di tengah kaumnya. Wallahu a’lam.

Namun kisahnya diabadikan di dalam QS. Yasin: 20-27, ini pertanda ia telah mendapatkan penghormatan yang tinggi dari Allah SWT, menjadi pelajaran yang terus menerus dibaca dan diajarkan dari generasi ke generasi. Sejak wahyu Al-Quran turun kepada Nabi Muhammad saw.

وَجَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِيۡنَةِ رَجُلٌ يَّسۡعٰى قَالَ يٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِيۡنَۙ‏ )٢٠) اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا يَسۡـــَٔلُكُمۡ اَجۡرًا وَّهُمۡ مُّهۡتَدُوۡنَ‏ (٢١ ) وَمَا لِىَ لَاۤ اَعۡبُدُ الَّذِىۡ فَطَرَنِىۡ وَاِلَيۡهِ تُرۡجَعُوۡنَ‏ (٢٢) ءَاَ تَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِهٖۤ اٰلِهَةً اِنۡ يُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّىۡ شَفَاعَتُهُمۡ شَيۡـــًٔا وَّلَا يُنۡقِذُوۡنِ​ۚ‏ (٢٣) اِنِّىۡۤ اِذًا لَّفِىۡ ضَلٰلٍ مُّبِيۡنٍ (٢٤) اِنِّىۡۤ اٰمَنۡتُ بِرَبِّكُمۡ فَاسۡمَعُوۡنِؕ‏ (٢٥) قِيۡلَ ادۡخُلِ الۡجَـنَّةَ ؕ قَالَ يٰلَيۡتَ قَوۡمِىۡ يَعۡلَمُوۡنَۙ‏ (٢٦) بِمَا غَفَرَ لِىۡ رَبِّىۡ وَجَعَلَنِىۡ مِنَ الۡمُكۡرَمِيۡنَ ‏(٢٧)

“Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: “wahai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu”. (20) Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (21) Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan? (22) Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafa’at mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku? (23) Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. (24) Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. (25) Dikatakan (kepadanya): “Masuklah ke surga”. Ia berkata: “Alangkah baiknya sekiranya kamumku mengetahui. (26) Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan”. (27).

Kisah ini bukan terjadi pada zaman Nabi Muhammad saw, kisah ini turun ketika Nabi belum hijrah ke Madinah. Tentu, sebagaimana spirit surah atau ayat-ayat yang diturunkan sebelum hijrah/ atau surat Makkiyah, antara lain ialah dalam rangka penguatan akidah.

Pada mulanya Allah mengutus dua orang Rasul untuk berdakwah kepada sebuah kaum, kemudian menambah lagi dengan seorang utusan.

Namun mereka semua didustakan oleh kaum tersebut, sampai-sampai hendak membunuhnya. Lalu datang seorang laki-laki dari pinggiran kota.

Dalam tafsir disebutkan namanya Habib, atau Habib bin Musa An-Najjar. Dia datang dengan tergesa-gesa atau terburu-buru mendatangi kaumnya, ketika melihat mereka hendak membunuh ketiga utusan tersebut.

Adapun yang dilakukan olehnya tadi ialah memberi nasihat kepada kaumnya agar sudi mengikuti dan menerima seruan Rasul tersebut, yang tidak lain hanya untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.

Dia memberikan alasan kenapa dirinya beriman kepada Rasul tersebut. Selain karena dakwah yang disampaikan terang dan jelas, serta tidak meminta upah atas dakwah tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini