Kagumi Diri Sendiri Itu Bisa Membinasakan
Ilustrasi: islamonline
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Syaikhul Islam Ahmad bin Abdil Halim Al-Harrani rahimahullah menuturkan :

العالم يعرف الجاهل لأنه كان جاهلا وتعلم..
ولكن الجاهل لايعرف العالم
لأنه لم يكن عالما.
ولايعرف فضل أهل الفضل الا ذو الفضل

“Orang yang berilmu mengetahui akan orang yang bodoh, sebab dahulunya dia pun bodoh, kemudian belajar.

Namun orang yang bodoh tidak mengetahui kedudukan orang yang berilmu, sebab dia belum pernah menjadi orang yang berilmu.

Dan seseorang tidak akan mengetahui keutamaan dari orang yang memiliki keutamaan, kecuali orang tersebut juga memiliki keutamaan tersebut.” (Jawabul I’tiradjaat Al-Mishriyah, hlm. 172)

Hakikat pujian adalah ujian, karena fitnah (ujian) itu bisa berupa ujian kebaikan maupun keburukan.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

ﻭَﻧَﺒْﻠُﻮﻛُﻢ ﺑِﺎﻟﺸَّﺮِّ ﻭَﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻓِﺘْﻨَﺔً ﻭَﺇِﻟَﻴْﻨَﺎ ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥَ

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya, dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’: 35)

Pada hakikatnya pujian adalah ujian berupa kebaikan, karena ketika kita dipuji, bisa jadi kita akan merasa sombong dan merasa takjub pada diri sendiri.

Bahkan kita lupa bahwa semua nikmat ini adalah dari Allah Azza wa Jalla, kemudian kita merasa hebat dan sombong serta lupa bersyukur.

Kagum terhadap diri sendiri merupakan suatu sifat yang bisa membinasakan.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ﺛَﻠَﺎﺙٌ ﻣُﻬْﻠِﻜَﺎﺕٌ : ﺷُﺢٌّ ﻣُﻄَﺎﻉٌ ﻭَﻫَﻮًﻯ ﻣُﺘَّﺒَﻊٌ ﻭَﺇِﻋْﺠَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ

“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan) dan (3) ‘ujub (takjub pada diri sendiri).”

Sesungguhnya kita lebih membutuhkan doa daripada pujian, karena biasanya pujian berpotensi dapat menipu diri kita.

Sufyan bin Uyainah berkata:

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ : ﻻ ﻳَﻐُﺮُّ ﺍﻟﻤَﺪﺡُ ﻣَﻦ ﻋَﺮَﻑَ ﻧﻔﺴَﻪُ

“Para ulama mengatakan, bahwa pujian orang tidak akan menipu orang yang tahu diri (tahu bahwa ia tidak sebaik itu dan banyak aib serta dosa).”

Karena itu kita dilarang untuk memuji seseorang dengan berlebihan, sekalipun dalam pandangan kita orang tersebut layak untuk kita berikan pujian. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini