Cerita Sang Fraudster yang Bermuka Dua
Anwar Hariyono
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Anwar Hariyono,
Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Gresik

Di sebuah kantor telemarketing di pusat kota pada abad 21, Ricky, seorang pemuda berusia dua puluhan, duduk dengan headset terpasang, siap menipu korbannya berikutnya. Dengan suara lembut, ia memulai panggilannya, menargetkan wanita lanjut usia bernama Nenek Susan.

Ricky menceritakan kisah mengharukan tentang neneknya yang telah meninggal, menciptakan hubungan emosional yang membuat Nenek Susan terharu dan merasa kasihan.

Ricky menawarkan koin-koin langka dengan harga murah, berjanji bahwa nilainya akan meningkat jika disimpan dalam kotak deposit bank selama bertahun-tahun. Nenek Susan, yang tersentuh oleh cerita Ricky, setuju untuk membeli koin-koin tersebut.

Di kantor lain, Antagonis, seorang penyidik fraud berpengalaman, sedang memeriksa laporan-laporan tentang fraud koin langka. Dengan bantuan asisten utamanya, Sarah, mereka mulai menyelidiki pola transaksi keuangan yang mencurigakan.

Sarah menemukan bahwa sejumlah besar transfer uang menuju akun di luar negeri, tepatnya di Swiss. Antagonis menyadari bahwa ini lebih besar dari yang mereka kira dan bahwa Ricky hanyalah bagian dari jaringan fraud yang lebih besar yang dikendalikan oleh seseorang dengan kekuasaan besar.

Antagonis dan Sarah mendapatkan kerja sama dari pihak berwenang di Swiss dan melacak pemilik rekening tersebut. Mereka menemukan bahwa markas besar jaringan fraud berada di Swiss dan dipimpin oleh seorang penjahat cerdas bernama Victor.

Victor, yang merasa dirinya tak terkalahkan, mengejek Antagonis melalui telepon, mengklaim bahwa Ricky hanyalah pion dalam permainannya.

Antagonis dan Sarah, bersama dengan Alex, seorang jaksa yang bekerja sama dengan mereka, merencanakan operasi besar untuk menangkap Victor dan mengungkap seluruh jaringan fraudnya.

Dalam proses penyelidikan, Sarah menemukan sebuah dokumen rahasia yang menjelaskan teori-teori fraud yang digunakan Victor.

Dokumen tersebut mencakup konsep The Fraudster Mindset, yang menggambarkan cara berpikir Fraudster dalam mengeksploitasi kelemahan orang lain, serta A Silver-Tongued Devil, yang merujuk pada kemampuan Fraudster untuk memanipulasi korban dengan kata-kata manis.

Mereka juga menemukan istilah Sell the Sizzle, Not the Steak, yang berarti menjual janji-janji menarik tanpa memberikan nilai nyata.

Antagonis dan Sarah mempelajari teori Dr. Donald Cressey and the Fraud Triangle, yang menjelaskan bahwa fraud terjadi ketika ada tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini