Ada yang merasa dijatuhkan sejatuh-jatuhnya dan ada pula yang merasa ditinggikan-setingginya, padahal Muhammadiyah organisasi yang egaliter dan elegan mengedepankan hikmah kebijaksanaan.
Bukan justru mendekati pada kultus, doktrinal, raja, bos juga termasuk bukan berarti hilang adab, etika, moral, akhlak dan budi pekerti.
Bila dulu pernah kompak bersama berjuang, kenapa harus kini menjadi pecah saling fitnah menjatuhkan dengan para generasi baru Muhammadiyah atau anggota pengikut setia.
Jangan jadikan persyarikatan Muhammadiyah itu seperti orpol, seperti yayasan pribadi, seperti barang taruhan, dan jangan seperti alat atau mainan sesukanya.
Jangan buat nama Muhammadiyah buruk hanya karena arogansi berorganisasi karena suka saling fitnah, suka saling tuding apalagi suka saling menjatuhkan. Karena itu semua bukan model dakwah Muhammadiyah yang berkemajuan.
Masih maklum bila sesama Muhammadiyah tetapi berbeda pendapat, berbeda pandangan dan berbeda prinsip terhadap sesuatu.
Asalkan jangan sampai jatuh pada saling fitnah dan saling pecah, yang pada dasarnya sama-sama pernah menikmati telaga Muhammadiyah dan menikmati keuntungan lagi manfaat di Muhammadiyah.
Perbanyak istighfar bila rasa benci muncul begitu besar di Muhammadiyah, Perbanyak bersyukur tahmid bila mendapat rezeki di Muhammadiyah dan perbanyak berbagi sedekah bila banyak nikmat yang datangnya berlebihan di Muhammadiyah.
Sebab itu tidak akan membuat rugi apalagi hina, yang ada malah membuat semakin tumbuhnya rasa kekeluargaan yang hangat dan harmonis.
Hilangkan saja ego sesat bermuhammadiyah dan jauhi saja sikap arogan bermuhammadiyah, karena tidak ada yang tahu mana yang paling dijamin oleh Allah sebuah rahmat, syafaat dan jannah nantinya.
Untuk itu, sesama penikmat dan peminum telaga air di Muhammadiyah baik proyek, bantuan, hibah, fasilitas, jabatan, profesi, lingkungan, dan lainnya.