Musuh Kita Sesungguhnya
foto: reuters
UM Surabaya

*) Oleh: Syahrul Ramadhan, SH, M.Kn,
Sekretaris LBH AP PD Muhammadiyah Lumajang

Dalam perjalanan hidup seorang Muslim, tantangan terbesar yang harus dihadapi bukanlah orang lain, melainkan diri sendiri.

Musuh terbesar kita sesungguhnya adalah nafsu, sesuatu yang berada dalam diri setiap individu dan memiliki potensi untuk menggiring manusia menuju kebaikan atau keburukan.

Nafsu ini, jika tidak dikendalikan, bisa menjadi sumber dari segala bentuk kesalahan dan kemaksiatan.

Namun, ketika dikelola dengan baik, ia bisa menjadi pendorong dalam beribadah dan berbuat kebaikan.

Jenis-Jenis Nafsu dalam Islam

Dalam pandangan Islam, nafsu memiliki beberapa jenis yang masing-masing memiliki karakteristik dan tantangan tersendiri. Mengenali jenis-jenis nafsu ini adalah langkah awal dalam mengendalikannya.

  1. Nafsu Amarah (Nafs al-Ammarah bi al-Su’)

Nafsu amarah adalah jenis nafsu yang paling rendah dan berbahaya. Nafsu ini cenderung mengarahkan seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan buruk dan maksiat.

Dalam Al-Quran, nafsu ini digambarkan sebagai nafsu yang selalu mendorong kepada keburukan. Allah SWT berfirman:

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)

Nafsu amarah membuat seseorang mudah marah, dendam, dan sulit untuk menahan diri dari godaan duniawi.

Orang yang dikuasai oleh nafsu ini cenderung mementingkan kepuasan sesaat tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang.

2. Nafsu Lawwamah (Nafs al-Lawwamah)

Nafsu lawwamah adalah nafsu yang mulai menyadari kesalahan dan dosa yang diperbuat. Nafsu ini seringkali merasa bersalah setelah melakukan kesalahan dan mendorong seseorang untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).” (QS. Al-Qiyamah: 2)

Nafsu ini berada pada tahap tengah, di mana seseorang mulai memiliki kesadaran spiritual dan moral.

Namun, perjuangan untuk mengalahkan nafsu amarah masih berlangsung. Seseorang yang berada pada tahap ini perlu terus berusaha memperkuat imannya agar tidak kembali terjerumus ke dalam keburukan.

3. Nafsu Muthmainnah (Nafs al-Muthmainnah)

Nafsu muthmainnah adalah nafsu yang tenang dan damai, yang telah berhasil mengendalikan dorongan-dorongan buruk dan hidup dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Nafsu ini adalah puncak dari perjalanan spiritual seorang Muslim. Allah SWT menyebutkan dalam Al-Quran:

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.” (QS. Al-Fajr: 27-28)

Orang yang memiliki nafsu muthmainnah adalah mereka yang selalu berusaha menjaga hati, pikiran, dan perbuatan dalam keselarasan dengan ajaran Islam.

Mereka hidup dengan penuh kesadaran akan kehadiran Allah SWT dan senantiasa bersyukur serta bersabar dalam menghadapi cobaan hidup.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini