*) Oleh:Â Dr. Anwar Hariyono,
Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Gresik
Dalam buku terbarunya, Slow Productivity: The Lost Art of Accomplishment Without Burnout, Cal Newport mengajak kita untuk menantang pandangan konvensional tentang produktivitas.
Newport, seorang ilmuwan komputer dan penulis yang terkenal dalam studi teknologi di tempat kerja, menyoroti pentingnya memperlambat ritme kerja dan memberi lebih banyak ruang untuk berpikir.
Menyingkap Krisis Produktivitas
Newport menggarisbawahi masalah utama yang dihadapi pekerja pengetahuan saat ini: distraksi yang tiada henti dari email, pesan instan, panggilan video, dan alat komunikasi digital lainnya.
Dia mengkritik budaya kerja yang mengagungkan kesibukan dan aktivitas tanpa henti, yang sering kali menghasilkan pekerjaan dangkal dan kelelahan.
Menurutnya, waktu untuk berpikir sangat penting dalam merancang eksperimen, mengumpulkan data, menilai hasil, dan menulis, tetapi sering kali diremehkan dalam praktik kerja sehari-hari.
Tiga Pilar Produktivitas Lambat
Buku ini dibagi menjadi dua bagian utama: Fondasi dan Prinsip. Pada bagian Fondasi, Newport menjelaskan sejarah dan evolusi dari pseudo-produktivitas—konsep di mana kesibukan dianggap produktif.
Dia mengkritik budaya kerja yang terlalu menekankan kecepatan dan kuantitas, serta menunjukkan bahaya dari beban kerja yang berlebihan.
Pada bagian Prinsip, Newport menguraikan tiga pilar utama produktivitas lambat: Melakukan Lebih Sedikit Hal, Bekerja dengan Ritme Alami, dan Obses pada Kualitas.
Dia memberikan argumen kuat serta saran praktis untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan profesional.
Melakukan Lebih Sedikit Hal
Prinsip pertama ini mengajak kita untuk mengurangi beban kerja hanya pada tugas-tugas yang benar-benar penting.
Newport mengilustrasikan dengan contoh Jane Austen yang mampu menghasilkan karya besar ketika beban sosial dan domestiknya berkurang.
Menurutnya, mengurangi tanggung jawab memungkinkan fokus dan mendalami pekerjaan yang berarti.
Bekerja dengan Ritme Alami
Newport menekankan pentingnya bekerja dengan ritme alami dan manusiawi, menghindari jebakan kesibukan yang tak berujung.
Dia menyarankan agar kita memperhatikan kapan waktu terbaik untuk bekerja keras dan kapan saatnya beristirahat.
Contohnya adalah John McPhee yang, meski tampak tidak produktif dengan berbaring di meja piknik, akhirnya menghasilkan karya jurnalisme luar biasa.
Obsesi pada Kualitas
Prinsip terakhir adalah fokus pada kualitas daripada kuantitas. Newport mengajak kita untuk menghargai hasil kerja berkualitas tinggi dan menolak tekanan untuk selalu menghasilkan lebih banyak dalam waktu singkat.
Dia meyakinkan bahwa produk berkualitas memiliki dampak lebih besar dan bertahan lama.
Kesimpulan
Slow Productivity: The Lost Art of Accomplishment Without Burnout adalah seruan revolusi dalam cara kita memandang dan menjalani produktivitas.
Newport menyajikan alternatif menarik dan teruji waktu untuk mengatasi kelelahan dan tekanan yang dihadapi pekerja saat ini.
Buku ini menawarkan wawasan mendalam dan solusi praktis yang bisa diterapkan dalam berbagai konteks pekerjaan.
Dengan gaya penulisan yang jelas dan mendalam, Newport mengajak kita memperlambat ritme kerja dan menemukan kembali kepuasan dalam mencapai hasil yang berarti.
Buku ini adalah bacaan wajib bagi siapa saja yang merasa terjebak dalam roda gila produktivitas tanpa akhir dan ingin mencari cara bekerja yang lebih bijak dan manusiawi.
Sumber Referensi: https://www.nature.com/articles/d41586-024-02381-x
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News