Deputi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menekankan pentingnya pengawalan perkembangan anak sejak usia dini.
Dia menggarisbawahi, aspek kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, perlindungan, dan keselamatan harus diperhatikan secara serius karena masa ini merupakan periode penting, karena perkembangan otak anak terjadi sangat pesat pada periode ini.
“Kesalahan sedikit saja dalam mengawal perkembangan anak usia dini, khususnya dari 0-6 tahun, akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia kita di masa depan,” ujar Deputi Woro, yang akrab disapa Lisa, dalam lokakarya pembentukan ECED Council di Jakarta.
Lebih lanjut, Lisa menjelaskan bahwa meskipun sudah 11 tahun sejak diterbitkannya Perpres Nomor 60 Tahun 2013 tentang PAUD Holistik Integratif (PAUD HI), tantangan dalam implementasinya masih tetap ada.
“Upaya intervensi dalam pengembangan anak usia dini secara holistik dan integratif sangat penting, namun kita masih menghadapi berbagai tantangan,” tambahnya.
Salah satu tantangan yang diidentifikasi adalah kurangnya komitmen dan pemahaman para pemangku kepentingan terhadap kebijakan PAUD HI.
Lisa menyatakan, pemahaman yang parsial menjadi hambatan dalam pencapaian target indikator PAUD HI.
“Ke depan, kita perlu merumuskan kembali indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan pengembangan anak usia dini,” jelasnya.
Selain itu, ketersediaan sarana prasarana layanan PAUD HI yang berkualitas dan tepat juga menjadi isu yang perlu diperhatikan.
“Layanan PAUD HI harus komprehensif dan terintegrasi, termasuk standarisasi pelayanan dengan tenaga profesional,” tegas Deputi Lisa.
Lisa juga menjelaskan, konsep PAUD HI yang ada saat ini sudah selaras dengan Nurturing Care Framework (NCF) yang diluncurkan oleh WHO, UNICEF, dan Bank Dunia pada tahun 2018.
Lebih jauh Lisa menyampaikan apresiasi kepada Tanoto Foundation yang telah mendukung penuh pembentukan ECED (Early Childhood Education and Development) Council.
“Kami berterima kasih atas dukungan dalam memperkuat Early Child Development sebagai investasi jangka panjang melalui pembentukan ECED Council,” ujarnya.
Di akhir sambutannya, Lisa berharap agar ECED Council ini dapat menjadi mitra strategis pemerintah terutama dalam memperkuat kerja Gugus Tugas dan sekretariat PAUD HI melalui berbagai kegiatan riset berbasis bukti, model intervensi, serta produk-produk lainnya yang akan dapat memperkuat kebijakan penyelenggaraan PAUD HI; meningkatkan komitmen, pemahaman dan keterlibatan aktif para pihak; serta meningkatkan kualitas layanan PAUD HI.
Sementara itu, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan KemenPPN/Bappenas, Amich Alhumami menegaskan, anak usia dini akan menjadi isu strategis dalam perencanaan pembangunan nasional, baik dalam RPJP Nasional 2025-2045 maupun RPJMN 2025-2029.
“Kami bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan esensial anak usia dini terpenuhi sebagai bagian dari pelayanan publik,” tegas Amich.
Tanoto Foundation, melalui perwakilannya Edy Hendry, menyatakan komitmen jangka panjang untuk mendukung keberlanjutan ECED Council.
“Kami berkomitmen untuk menyediakan pendanaan berkelanjutan dan menjadi katalis bagi sektor filantropi dan swasta lainnya untuk turut serta dalam mendukung pengembangan anak usia dini,” ungkapnya.
Lokakarya ini turut dihadiri oleh para ahli seperti Prof. Fasli Jalal, Ketua ECED Council; Prof. Endang Achadi dari Stunting Research Center, FKM UI; Prof. Vina Andriany, Direktur SEAMEO CECCEP Bandung; Prof. Netty Herawati, Penasehat HIMPAUDI; Prof. Paramita Atmodiwijo dari Fakultas Arsitektur dan Smart City UI; serta para praktisi PAUD HI dan mitra pembangunan.(*/ano)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News