*) Oleh: Syahrul Ramadhan, SH, M.Kn
Sekretaris LBH AP PD Muhammadiyah Lumajang
Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar dan filsuf Islam yang berpengaruh, memberikan panduan yang jelas mengenai langkah-langkah untuk menjadi insan beriman melalui konsep Tazkiyah Qalb (penyucian hati) dan Tazkiyah Aql (penyucian akal). Kedua konsep ini memainkan peran penting dalam membentuk individu yang bertakwa dan memiliki keimanan yang kuat. Lalu mana yang diutamakan?
Tazkiyah Qalb: Penyucian Hati
Tazkiyah Qalb adalah proses penyucian hati dari berbagai penyakit dan sifat buruk. Penyucian ini mencakup:
- Menghilangkan sifat-sifat Buruk: Sifat-sifat seperti hasad (iri hati), kebencian, kesombongan, dan ketamakan harus dihilangkan dari hati. Hal ini dapat dicapai melalui introspeksi diri yang mendalam dan berusaha untuk menggantikan sifat buruk dengan sifat-sifat baik seperti kasih sayang, kerendahan hati, dan keikhlasan.
- Meningkatkan hubungan dengan Allah: Dengan memperbanyak ibadah, seperti salat, zikir, dan doa, seseorang dapat memperkuat ikatan mereka dengan Allah dan mengisi hati mereka dengan cahaya iman.
- Membangun Kesadaran akan kehidupan akhirat: Kesadaran akan kehidupan setelah mati dan konsekuensi dari perbuatan di dunia akan mendorong individu untuk selalu berbuat baik dan menjauhi perbuatan dosa.
Tazkiyah Aql: Penyucian Akal
Tazkiyah Aql adalah proses penyucian akal dari pemikiran yang salah dan pengembangan pemahaman yang benar tentang agama dan dunia. Proses ini meliputi:
- Mencari Ilmu: Mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum untuk memahami realitas dunia dan akhirat. Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya ilmu sebagai landasan untuk beramal.
- Berpikir Kritis: Menggunakan akal untuk menganalisis dan memahami ajaran-ajaran agama secara mendalam. Berpikir kritis membantu dalam membedakan antara yang benar dan yang salah, serta menghindari taklid buta.
- Mengembangkan Hikmah: Menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dengan bijaksana dan mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Mana yang Diutamakan?
Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, baik Tazkiyah Qalb maupun Tazkiyah Aql adalah penting dan saling melengkapi. Penyucian hati tanpa ilmu yang benar bisa menyebabkan seseorang terjebak dalam praktik-praktik yang tidak sesuai dengan syariat, sementara penyucian akal tanpa hati yang bersih dapat mengarah pada kesombongan intelektual dan ketidakikhlasan dalam beribadah.
Namun, prioritas utama sebaiknya diberikan pada Tazkiyah Qalb. Hati adalah pusat kendali manusia, tempat di mana niat, iman, dan ketakwaan bermula. Seperti yang dijelaskan dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, penyucian hati merupakan fondasi yang menguatkan proses penyucian akal. Dengan hati yang bersih, akal akan lebih mudah memahami dan menerima kebenaran, sehingga menghasilkan amal yang ikhlas dan diridhai oleh Allah SWT.
Menjadi insan beriman adalah perjalanan seumur hidup yang melibatkan penyucian hati dan akal. Dengan mengikuti langkah-langkah Tazkiyah Qalb dan Tazkiyah Aql yang diajarkan oleh Imam Al-Ghazali, kita dapat membangun kehidupan yang lebih bermakna dan mendekatkan diri kepada Allah. Kedua aspek ini harus berjalan seiringan, dengan penyucian hati sebagai prioritas untuk memastikan bahwa akal kita digunakan dengan benar dan bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News