Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Al-Hasan Al-Basri, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa sesungguhnya amanat ini ialah fardu-fardu (kewajiban-kewajiban). Ulama lainnya mengatakan bahwa amanat ialah ketaatan. Al-A’masy telah meriwayatkan dari Abud Duha, dari Masruq yang mengatakan bahwa Umay ibnu Ka’b pernah mengatakan, “Termasuk amanat ialah tugas wanita, dia diberi amanat untuk memelihara kehormatannya.”
Qatadah mengatakan bahwa amanat ialah mengamalkan agama, fardu-fardu, dan hukum-hukum had. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa amanat itu adalah mandi jinabah.
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam yang mengatakan bahwa amanat itu ada tiga perkara, yaitu salat, puasa, dan mandi jinabah.
Semua pendapat yang telah disebutkan di atas tidak bertentangan satu sama lainnya, bahkan bersesuaian dan bersumber kepada suatu patokan yang mengatakan bahwa amanat adalah taklif dan menerima semua perintah serta larangan berikut segala persyaratannya. Yaitu apabila dikerjakan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan mendapat siksa. Lalu amanat ini diterima oleh manusia karena kelemahan, kebodohan, dan kezalimannya, terkecuali bagi orang yang diberi taufik oleh Allah, dan akhirnya hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnul Mugirah Al-Basri, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Waqid (yakni Abu Umar As-Saffar), bahwa ia pernah mendengar Ma’mar alias Aun ibnu Ma’mar menceritakan asar berikut dari Al-Hasan Al-Basri, bahwa Al-Hasan Al-Basri membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. (Al-Ahzab: 72) Allah menawarkannya kepada tujuh lapis langit yang dihiasi dengan bintang-bintang dan para malaikat pemikul ‘Arasy, lalu dikatakan kepadanya, “Maukah engkau memikul amanat ini berikut segala konsekuensinya?” Langit bertanya, “Apakah konsekuensinya?” Maka dikatakan kepadanya, “Jika kamu berbuat baik, maka diberi pahala. Dan jika kamu berbuat buruk, kamu disiksa.” Langit menjawab, “Tidak.” Kemudian Allah menawarkan amanat ini kepada tujuh lapis bumi yang keras dan diikat dengan pasak-pasak yang kuat serta diperhalus dengan hamparan-hamparan yang rata. Lalu dikatakan kepadanya, “Maukah kamu memikul amanat ini berikut segala konsekuensinya?” Bumi bertanya, “Apakah konsekuensinya?”Dikatakan kepadanya, Jika kamu berbuat baik, maka kamu diberi pahala. Dan jika kamu berbuat buruk, kamu disiksa.” Bumi menjawab, “Tidak.” Kemudian amanat ini ditawarkan kepada gunung-gunung yang tinggi-tinggi lagi kokoh, keras, dan kuat. Dikatakan kepadanya, “Maukah kamu memikul amanat ini berikut semua konsekuensinya?” Gunung-gunung bertanya, “Apakah konsekuensinya?” Dikatakan kepadanya, “Jika kamu berbuat baik, kamu diberi pahala; dan jika kamu berbuat buruk, maka disiksa.” Gunung-gunung berkata, “Tidak.”
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa sesungguhnya Allah (Subhanahu wa Ta’ala) ketika selesai menciptakan makhluk-Nya, maka Dia mengumpulkan antara manusia, jin, langit, bumi, dan gunung-gunung. Lalu Allah memulai firman-Nya kepada langit. Ditawarkan kepadanya amanat ini, yakni ketaatan. Allah berfirman, “Maukah kamu memikul amanat ini, tetapi Aku berjanji akan memberikan karunia dan kemuliaan serta pahala di surga?” Langit menjawab, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kami tidak kuat memikul perintah ini dan tidak mampu mengerjakannya, tetapi kami akan selalu taat kepada-Mu.” Kemudian amanat itu ditawarkan kepada bumi. Allah berfirman kepada bumi, “Maukah kamu memikul amanat ini dan mau menerimanya dari-Ku, maka Aku akan memberimu karunia dan kemuliaan di dunia?” Maka bumi mejawab, “Kami tidak mempunyai kesabaran memikul tugas ini dan kami tidak kuat, tetapi kami selalu tunduk patuh kepada-Mu dan tidak akan mendurhakai-Mu dalam sesuatu pun yang Engkau perintahkan kepada kami.” Lalu Allah mendekatkan Adam dan berfirman kepadanya, “Maukah engkau memikul amanat ini dan memeliharanya dengan sebaik-baiknya?” Maka pada saat itu juga Adam balik bertanya, “Lalu imbalan apakah yang akan kuterima di sisi-Mu?” Allah berfirman, “Hai Adam, jika kamu berbuat baik, taat dan memelihara amanat ini, maka bagimu di sisi-Ku kemuliaan, keutamaan, dan pahala yang baik di surga. Dan jika engkau durhaka, tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang sebenar-benarnya, dan kamu berlaku buruk terhadapnya, maka sesungguhnya Aku akan mengazab dan menyiksamu serta memasukkanmu ke dalam neraka.” Adam menjawab, “Saya rela, ya Tuhanku.” Maka Adam memikulnya. Dan saat itu juga Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman, “Aku telah memikulkannya kepadamu.” Yang demikian itu adalah firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).: dan dipikullah amanat itu oleh manusia. (Al-Ahzab: 72). Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.