Jilbab, BPIP, dan Kebijakan yang Ceroboh
Ferry Is Mirza
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Jumat mubarak.

Yudian Wahyudin bikin heboh. Sebagai Ketua BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila), dia membuat aturan bagi Paskibraka perempuan yang berjilbab harus melepas saat bertugas di upacara HUT RI ke 79 di IKN, Sabtu (17/8/2024).

Keruan saja publik heboh. Komen dan protes dari berbagai elemen langsung melabrak BPIP yang diplesetkan sebagai Badan Perusak Iman Perilaku. Karena kebijakan melepas jilbab yang tak lumrah, ceroboh, dan melecehkan umat Islam khususnya.

Puluhan tahun Paskibraka wanita berjilbab pada saat tugas upacara di Istana Negara atau di seluruh Tanah Air Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas ke Pulau Rote, fine-fine saja.

Kok, di ujung masa pemerintahan rezim Jokowi ini, Yudian Wahyudin yang mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga, meski bergelar profesor tapi berpikiran jahat?

Jilbab tidak boleh dipaksa untuk dilepas dan hendaknya tidak melepas jilbab hanya untuk pekerjaan atau kegiatan tertentu.

Jilbab bukanlah sebuah pilihan, tetapi memakainya adalah kewajiban bagi perempuan.

Siap atau tidak siap hati seorang perempuan, ketika sudah berusia baligh, seorang perempuan wajib berjilbab.

Tidak ada alasan untuk tidak memakainya, itu semua hanya alasan yang dibuat-buat saja dan tidak masuk akal.

Ketika ada seorang perempuan yang tidak berjilbab dan ia paham benar kewajiban ini, atau ketika ada seorang perempuan yang bahkan melepas jilbabnya setelah sebelumnya memakai, maka khawatirkan lah dirinya.

Allah telah memberikan jalan petunjuk dan hidayah yang sangat mahal, kemudian ia menyimpang, bisa jadi Allah simpangkan ia selama-lamanya. Allah tidak akan menoleh peduli padanya lagi, wal’iyadzu billah

Allah SWT berfirman:

“Maka ketika mereka melenceng (dari jalan yang lurus) niscaya Allah lencengkan hati-hati mereka.” (QS. Ash-Shaff :5)

Jilbab itu untuk melindungi kehormatan dan menjaga perempuan dari gangguan laki-laki dan keinginan laki-laki yang hanya cinta karena kecantikan saja.

Allah Ta’ala berfirman:

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab : 59)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:

“Allah Ta’ala memerintahkan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam agar dia menyuruh perempuan-perempuan mukmin, istri- istri, dan anak-anak perempuan beliau agar mengulurkan jilbab keseluruh tubuh mereka. Sebab cara berpakaian yang demikian membedakan mereka dari kaum wanita jahiliah dan budak-budak perempuan.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Apakah para perempuan ingin jika: “Ketika kecantikan mulai luntur, maka luntur juga cinta suaminya?”

Tentu tidak ada yang wanita yang seperti ini.

Bukankah keinginan terbesar wanita adalah cinta tulus suaminya, cinta yang tidak hanya karena kecantikan saja.

Betapa banyak seorang istri bergelimang kemewahan dunia, harta dan perhiasan dunia, akan tetapi hati dan jiwanya kering karena suaminya sudah tidak cinta dan sudah sayang lagi, bahkan ia mendapatkan kezaliman dari suami mereka, karena para laki-laki jika sudah tidak cinta lagi pada istrinya, cenderung akan menzalimi atau tidak memedulikan lagi.

Cinta tulus tersebut hanya abadi jika cinta karena agama dan akhlak.

Ketauhilah para perempuan:

“Kecantikan fisik membuat mata suami betah menetap, akan tetapi kecantikan agama dan akhlak membuat betah menetap bersama selamanya”

Cinta tersebut akan abadi selamanya jika karena Allah, bukan cinta “sehidup-semati” tetapi cinta sehidup-sesurga”

“Apa-apa yang karena Allah maka akan kekal selamanya”

Ancaman bagi perempuan yang sudah baligh dan tidak berjilbab cukup keras, yaitu tidak mencium bau surga.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat:

(1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan

(2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim 2128)

Segeralah wahai perempuan, kenakan pakaian kehormatan dan kemuliaanmu. Kami mendoakan, semoga semua perempuan muslimah sadar dan kembali ke agama mereka.

Insya Allah bahasan ini bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini