*) Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos., MA,
Analis Intelektual Muhammadiyah Islam Berkemajuan
Muhammadiyah telah banyak melahirkan kader yang banyak di berbagai bidang aspek kehidupan dari pemerintahan, perusahaan, pergerakan dan seluruh perkumpulan di mana saja.
Banyaknya kader Muhammadiyah tentu beragam dan itu terletak pada pendapat, pendapatan dan pemikiran yang bersifat individu.
Meskipun telah banyak melalui berbagai jalan pengaderan dan program kegiatan kemuhammadiyahan yang diikuti baik dari masa anak, remaja, pemuda, dewasa bahkan sampai lansia atau sesepuh senior kader Muhammadiyah.
Semua memberikan sumbangsih kontribusi untuk Persyarikatan Muhammadiyah baik diminta, inisiatif sendiri, rela berkorban atas kemauan diri sampai pada panggilan persyarikatan untuk mengabdi menjalani aktivitas dakwah Islam Berkemajuan.
Semua itu dilakukan dengan niat ikhlas dalam hati meskipun terkadang banyaknya opsi pilihan yang lebih menguntungkan ataupun lebih besar di luaran sana.
Sebagai kader Muhammadiyah dari mana pun jalan proses bermuhammadiyah, entah lewat jalur biologis, ideologis, darul arqom, baitul arqom, amal usaha. struktural pimpinan, komunitas binaan dan lainnya.
Yang jelas, berusaha menjadi kader Muhammadiyah yang kembali pada Muhammadiyah jika tidak bekerja di lingkungan amalan usaha Muhammadiyah dan tetap rela berjuang pula meski di dalam amal usaha Muhammadiyah.
Walaupun terkadang terjadinya sedikit sentimen, kontradiksi, dan perbedaan yang sebenar-benarnya masih sesama kader Muhammadiyah yang tetap kembali bersama berjamaah di Persyarikatan Muhammadiyah kembali sesuai amanat organisasi bukan lagi pribadi.
Hal wajar jika ada sedikit tensi ataupun sensasi kontestasi dalam persaingan jalan dalam melakukan fastabiqul khoirot, asal jangan fastabiqul mafsadat.
Tidak perlu terlalu jauh saling menuding, menjatuhkan, menafikan dan menjauhkan diri sesama kader Muhammadiyah hanya persoalan duniawi yang dapat mengakibatkan kerusakan hati terhadap suatu ambisi yang tak lagi menjadi jalan suci dakwah Islami.
Jika terlahir keluar jalur, segara kembali ke khittah seraya muhasabah diri dan jika khilaf maka cukuplah kata maaf yang dapat membuka hati merekat bersama kembali.