Muhammadiyah Dorong Peningkatan Kapasitas Pemuda Palestina
Dialog lintas budaya dan pelatihan pengembangan kapasitas di Nablus, Palestina. foto: ist
UM Surabaya

Muhammadiyah bersama Witness Center for Citizen Rights and Social Development menyelenggarakan dialog lintas budaya dan pelatihan pengembangan kapasitas di Nablus, Palestina, Rabu (14/8/2024). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka merayakan Hari Pemuda Internasional.

Sekretaris Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Yayah Khisbiyah menguraikan kerja dan misi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan upaya global Persyarikatan Muhammadiyah dalam mendukung Palestina.

Termasuk melalui dialog lintas budaya dan pengembangan kapasitas generasi muda Palestina, Dr Yasmi Adriansyah dan Dr Zain Maulana dari LHKI PP Muhammadiyah, keduanya hadir dan ikut menegaskan komitmen Muhammadiyah dalam mendukung rakyat Palestina demi kebebasan dan martabat mereka.

Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta generasi muda dari berbagai provinsi di seluruh Palestina. Kayd Maari, Direktur Witness Center, membuka sesi dengan menekankan pentingnya kemitraan yang kuat dengan Muhammadiyah dan dampaknya dalam mendorong dialog dan pembangunan perdamaian berbasis komunitas di Palestina.

Dia juga menekankan komitmen Witness Centre untuk terus memberdayakan generasi muda Palestina secara berkelanjutan.

Mohammed Opisi, seorang instruktur pelatihan di Palestina, menyampaikan materi mengenai dinamika konflik, komunikasi lintas budaya, dan teknik resolusi.

Dia menyampaikan pentingnya kemampuan membangun komunikasi yang baik dan terbuka dengan banyak pihak untuk membangun rasa saling percaya dan kebersamaan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang damai.

Seorang instruktur lainnya, Nimala Kharoufeh, membahas tantangan dan strategi untuk dialog lintas budaya yang efektif.

Pelatihan tersebut diakhiri dengan sesi diskusi interaktif di antara para peserta dan sekaligus seremonial penyerahan sertifikat.

Kegiatan ini tidak hanya menunjukkan keragaman latar belakang peserta, seperti Muslim, Kristen/Katolik, dan Samaritan, tetapi juga mendorong inklusivitas dengan menyediakan interpretasi bahasa isyarat untuk peserta dengan disabilitas.

Inisiatif ini merupakan langkah penting untuk membentuk generasi pemimpin yang terampil, kompeten, dan terbuka terhadap perbedaan. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini