Kedua, dai perlu mengedepankan metode dakwah yang interaktif. Melibatkan jamaah dalam diskusi yang mendalam dan membuka ruang untuk bertanya akan memacu mereka untuk berpikir kritis.
Metode ini juga memungkinkan dai untuk mengukur sejauh mana pemahaman jamaah terhadap materi yang disampaikan, serta memberikan kesempatan untuk meluruskan jika ada kesalahpahaman.
Ketiga, penggunaan media sosial dan platform digital sebagai sarana dakwah juga perlu dimanfaatkan secara optimal.
Dengan memproduksi konten-konten yang mengedepankan analisis kritis, dai Muhammadiyah bisa menjangkau audiens yang lebih luas dan memberikan dampak yang signifikan dalam membentuk pola pikir masyarakat.
Keempat, dai harus mampu mencontohkan sikap kritis dalam kehidupan sehari-hari. Menunjukkan integritas, kejujuran, dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan akan memberikan teladan yang baik bagi umat.
Sikap ini akan menginspirasi jamaah untuk menerapkan pola pikir yang serupa dalam kehidupan mereka.
Masyarakat yang memiliki daya nalar kritis akan lebih tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
Mereka tidak akan mudah terombang-ambing oleh informasi yang menyesatkan atau terpengaruh oleh ideologi yang merusak.
Sebaliknya, mereka akan menjadi masyarakat yang lebih mandiri, berwawasan luas, dan mampu berkontribusi positif bagi kemajuan umat dan bangsa.
Di sisi lain, dengan mengedepankan nalar kritis, umat Islam juga akan semakin mampu mengembangkan potensi diri dan komunitasnya.
Mereka akan lebih kreatif dalam mencari solusi bagi berbagai persoalan yang dihadapi, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun politik.
Daya nalar kritis juga akan mendorong mereka untuk terus belajar dan mengembangkan diri, sehingga dapat menghadirkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, yang membawa kebaikan bagi seluruh alam semesta.
Merawat daya nalar kritis bukanlah tugas yang mudah, namun sangat penting dalam memastikan dakwah Islam berjalan dengan efektif dan tepat sasaran.
Dai Muhammadiyah, sebagai ujung tombak dakwah, harus senantiasa mengembangkan kemampuan intelektual dan spiritualnya agar mampu membimbing umat menuju pemahaman yang lebih baik terhadap agama dan kehidupan.
Dengan demikian, Islam akan semakin relevan dan berdaya guna dalam menjawab tantangan zaman, serta membawa umat menuju kehidupan yang lebih baik dan bermartabat. (*)
*) Artikel ini tayang di suaramuhammadiyah.id
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News