Berjalan untuk Dunia, Berjalan Cepat untuk Akhirat, dan Berlari untuk Tobat
foto: depositphoto
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Al-Quran benar-benar mukjizat dan tidak ada yang bisa membuat sampai sekarang. Salah satu keindahannya adalah pemilihan kata yang benar-benar tepat, Indah dan sesuai keadaan.

Misalnya :
Untuk urusan dunia, Allah menggunakan lafaz “Berjalan”
Untuk urusan amal akhirat, Allah menggunakan lafaz “Berjalan cepat”
Untuk urusan bertobat, Allah menggunakan lafaz “Berlari.”

Perhatikan ayat berikut dalam urusan dunia :

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk : 15)

Untuk beramal kita diperintahkan lebih cepat, yaitu “Berjalan cepat”

Perhatikan ayat berikut :

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat Jumat, Maka berjalan cepat (bersegeralah) kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al Jumu’ah :9)

Sedangkan untuk urusan bertobat, maka kita diperintahkan secepat mungkin (berlari ), Karena ajal tidak menunggu tobat kita dan mati tidak menunggu tua atau sakit.

Perhatikan ayat berikut :

“Maka berlarilah (cepat segeralah) kembali kepada (mentaati) Allah (bertobat). Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allāh untukmu.”
(QS. Adz-Dzaariyaat: 50)

Ibnu Abbas menjelaskan maksudnya segera berlari menuju tobat, Beliau berkata:

“Berlarilah (kembali) kepada Allah dengan tobat dari dosa-dosa kalian.”
(Tafsir Al-Qurthubi)

Mengapa demikian?

Karena orientasi kita adalah akhirat. Bukan berarti kita meninggalkan total dunia, maksudnya adalah manusia dengan syahwat dan kecintaan akan dunia perlu sering-sering diingatkan tentang akhirat.

Karena kemewahan dan gemerlapnya dunia sering melalaikan manusia akan akhirat, kehidupan yang sebenarnya dan abadi selamanya kelak.

Sudah banyak manusia yang mati-matian mengejar dunia (padahal dunia tidak bisa dibawa mati). Kerja siang- malam dan menjadi budak dunia. Akhirnya dengan hidayah dari Allah mereka pun sadar, Mereka mengatakan :

“Dahulu capek-capek kejar dunia, Dapatnya itu-itu saja, Bahagianya itu-itu saja, Lebih baik ubah orientasi jadi akhirat. Bisa jadi dunia di tangan, tapi akhirat di hati.”

Insya Allah, kita tidak tertipu dengan dunia dan menjadikan akhirat sebagai orientasi dan tujuan utama kehidupan ini.

Insya Allah bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini