Lapang Dada
UM Surabaya

*) Oleh: Muhammad Nashihudin, MSi,
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur

Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat yang besar telah memberikan tausiyah dan dakwahnya kepada masyarakat dengan segala kerendahan hati dan pikiran yang luas sehingga dakwahnya diterima oleh ummat sampai sekarang.

Sungguh dakwah yang arif dan penuh hikmah, amar makruf nahi mungkar telah dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dengan bukti adanya amal usaha berupa rumah sakit, sekolah, universitas dan panti asuhan.

Ada pelajaran penting dalam berdakwah yang dijelaskan oleh Al Qur’an yaitu dakwah Nabi Musa AS yang berhadapan dengan penguasa yang sangat zalim dengan penuh semangat dan lapang dada.

Allah SWT berfirman:

قَا لَ رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ 

“Dia (Musa) berkata,

“Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku,”

وَيَسِّرْ لِيْۤ اَمْرِيْ 

“dan mudahkanlah untukku urusanku,”

وَا حْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَا نِيْ 

“dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,”

(QS. Ta-Ha 20: Ayat 25- 27)

Dakwah di era modern ini diperlukan sifat lapang dada, tersenyum, tegur sapa agar ummat merasakan manisnya ajaran Islam dan berwawasan luas.

Dakwah dengan merangkul bukan memukul, dakwah itu memberi bukan malah menjual diri.

Dakwah itu menyenangkan bukan membuang. Dan dakwah itu lillah bukan malah minta jatah.

1. Dengan lapang dada berdakwah semakin terjaga nilai kebajikan

فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِ سْلَا مِ ۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَ نَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

“Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”

(QS. Al-An’am 6: Ayat 125)

2. Ad Dien harus ditegakkan

شَرَعَ لَـكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّا لَّذِيْۤ اَوْحَيْنَاۤ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖۤ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰۤى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَ لَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِ ۗ كَبُـرَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَا تَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِ ۗ اَللّٰهُ يَجْتَبِيْۤ اِلَيْهِ مَنْ يَّشَآءُ وَيَهْدِيْۤ اِلَيْهِ مَنْ يُّنِيْبُ

“Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan ‘Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).”

(QS. Asy-Syura 42: Ayat 13)

3. Kajian Tafsir Ibnu Katsir

Berdakwah

An-Nahl, ayat 125

{ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125) }

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu. Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesal dari jalan-Nya. dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Allah (Subhanahu wa Ta’ala) memerintahkan kepada Rasul-Nya—Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) agar menyeru manusia untuk menyembah Allah dengan cara yang bijaksana.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang diserukan kepada manusia ialah wahyu yang diturunkan kepadanya berupa Al-Qur’an, Sunnah, dan pelajaran yang baik; yakni semua yang terkandung di dalamnya berupa larangan-larangan dan kejadian-kejadian yang menimpa manusia (di masa lalu). Pelajaran yang baik itu agar dijadikan peringatan buat mereka akan pembalasan Allah (Subhanahu wa Ta’ala) (terhadap mereka yang durhaka).

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).

{وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ}

dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An-Nahl: 125)

Yakni terhadap orang-orang yang dalam rangka menyeru mereka diperlukan perdebatan dan bantahan. Maka hendaklah hal ini dilakukan dengan cara yang baik. yaitu dengan lemah lembut, tutur kata yang baik, serta cara yang bijak. Ayat ini sama pengertiannya dengan ayat lain yang disebutkan oleh firman-Nya:

{وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ}

Dan janganlah kalian berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka. (Al-‘Ankabut: 46), hingga akhir ayat.

Allah (Subhanahu wa Ta’ala) memerintahkan Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) untuk bersikap lemah lembut, seperti halnya yang telah Dia perintahkan kepada Musa dan Harun, ketika keduanya diutus oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala) kepada Fir’aun, yang kisahnya disebutkan oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala) melalui firman-Nya:

{فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى}

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)

Adapun firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}

Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya. (An-Nahl: 125), hingga akhir ayat.

Maksudnya, Allah telah mengetahui siapa yang celaka dan siapa yang berbahagia di antara mereka, dan hal tersebut telah dicatat di sisi-Nya serta telah dirampungkan kepastiannya. Maka serulah mereka untuk menyembah Allah, dan janganlah kamu merasa kecewa (bersedih hati) terhadap orang yang sesat di antara mereka. Karena sesungguhnya bukanlah tugasmu memberi mereka petunjuk. Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan, dan Kamilah yang akan menghisab. Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:

{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ}

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi. (Al-Qashash: 56)

{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ}

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk (Al-Baqarah: 272)

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini