Khittah Perjuangan Muhammadiyah sebagai Respons Strategis Dinamika Bangsa
Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad
UM Surabaya

Muhammadiyah sampai sekarang dalam konteks keindonesiaan telah melewati empat zaman, yaitu pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan atau Orde Lama, Orde Baru, dan zaman reformasi.

Realitas tersebut menunjukkan Indonesia sebagai negara yang dinamis, dalam gelombang dinamika tersebut Muhammadiyah memberikan respons setiap perubahan, salah satunya melalui pembuatan Khittah Perjuangan Muhammadiyah yang kontekstual terhadap isu yang terjadi.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad pada Selasa (20/8/2024) dalam Cadre Chapter yang diselenggarakan oleh Majelis Pembinaan Kader (MPK) PP ‘Aisyiyah.

Dadang menjelaskan, dasar gerakan Muhammadiyah berasal dari dua bagian yang pertama adalah ideologis yang sifatnya permanen sebab bukan respon untuk persoalan-persoalan kontemporer. Dasar pertama ini berangkat dari Al Qur’an dan Sunnah, termasuk juga budaya-budaya yang melekat di bangsa Indonesia.

Dasar pertama ini dikodifikasi dalam dokumen-dokumen resmi organisasi diantaranya seperti Muqaddimah AD, Kepribadian Muhammadiyah, MKCHM, PHIWM – yang bisa juga disebut sebagai bulughul maram nya orang Muhammadiyah, termasuk yang teranyar Risalah Islam Berkemajuan.

Dasar gerakan kedua yaitu yang bersifat strategis untuk merespon persoalan-persoalan kebangsaan, setidaknya terdapat lima dokumen resmi yaitu Khittah Palembang (1956), Khittah Ponorogo (1969), Khittah Ujung Pandang (1971), Khittah Surabaya (1978), dan Khittah Denpasar (2002).

 “Ini mewakili empat zaman tadi, diambilnya dari zaman pra kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi,” katanya.

 Lahirnya Khittah Perjuangan Muhammadiyah itu, kata Dadang, merupakan respon yang diberikan oleh Muhammadiyah untuk menyikapi situasi maupun masalah-masalah kebangsaan yang kontemporer.

 Termasuk dalam merespon masalah kebangsaan terkini menurut Dadang, Tanwir pada Bulan November 2024 di Kupang, NTT mendatang dirasa perlu untuk melahirkan Khittah Perjuangan Muhammadiyah lagi.

 Dia beralasan, sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Bangsa atau Negara Indonesia ini nyawanya sudah mengalami krisis.

 “Jadi ada beberapa tipologi setiap khittah itu, tergantung pada tantangan yang dihadapi,” ungkapnya.

Khittah Perjuangan Muhammadiyah itu diharapkan Dadang menjadi guide gerakan perjuangan. Harapan tersebut selaras dengan makna khittah secara etimologis dan terminologis, sebab dikeluarkannya khittah merupakan suatu cara untuk tercapainya perjuangan ideologi yang dipercayai. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini