Mubaligh Muhammadiyah di Panggung Politik
Ilustrasi: adobestock
UM Surabaya

*) Oleh: As’ad Bukhari, S.Sos, MA,
Analis Intelektual Muhammadiyah Islam Berkemajuan

Diaspora kader atau bahasa sederhananya menyebarkan semua kadernya di mana saja agar terciptanya ruang dan pos jaringan yang dapat mempermudah komunikasi sekaligus koordinasi.

Menaruh banyak kader atau orang di setiap tempat itu merupakan bagian dari strategi organisasi untuk melebarkan sayapnya, hal itu agar semakin luasnya jangkauan jaringan tali silaturahmi.

Bisa di mana saja baik dari pemerintahan, korporasi, partai, organisasi filantropi, sekolah, kampus, lembaga, dan semua instansi yang memiliki posisi strategis. Salah satunya adalah yang berlatar belakang sebagai para mubaligh, juru dakwah, ustaz dan tokoh penggerak agamawan.

Biasanya dan umumnya para mubaligh itu berada di mimbar agama dan ruang pengajian, kini mubaligh pun bisa di partai politik, pemerintahan, perusahaan, dan sebagainya.

Hal itu dikarenakan melebarkan misi dakwah sekaligus gerakan memperluas ajaran Islam yang dianggap harus bisa diterima banyak manusia dari berbagai latar belakang yang ada.

Kehidupan politik seringkali dapat membuat segala sesuatu menjadi semakin kabur, walaupun dalam politik juga hal penting untuk dapat mewujudkan suatu keadilan dalam kekuasaan.

Politik kekuasaan dan politik praktis selalu mempengaruhi ormas untuk dapat menentukan sikap maupun menentukan arah organisasi.

Terkhusus pada organisasi Islam yang di dalamnya lebih banyak memiliki tujuan dakwah sebagai seorang dai atau mubaligh yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan.

Kerap kali mereka para pendakwah dan pemuka agama akhirnya terjebak dalam kepentingan politik praktis, sehingga tugas utama dakwahnya menjadi bergeser sebagai tugas sampingan untuk ajakan yang bersifat pragmatis politik dan oportunis politik.

Ini juga terjadi di internal Muhammadiyah akibat dari panggung politik kekuasaan membuat banyak sekat perbedaan yang tadinya bersatu berjaamah menjadi bercerai berantakan.

Orang Muhammadiyah yang tekontaminasi politik yang berlebihan menjadi dua kutub yang bersebrangan baik sebagai pendukung fanatik atau pembenci frontalistik.

Hal itulah pentingnya kembali kepada ideologi Muhammadiyah, khittah Muhammadiyah, pedoman hidup islami warga Muhammadiyah dan semua komponen pengetahuan dalam Muhammadiyah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini