Oleh: Syahrul Ramadhan, SH, MKn
Dalam setiap khutbah Jumat, ada satu pesan yang hampir selalu kita dengar, yaitu kalimat ”Ittaqullaha haqqa tuqatih” yang memiliki arti “Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa.” Kalimat ini bukan sekadar pembuka atau penghias dalam khutbah, tetapi merupakan inti dari pesan yang disampaikan.
Namun sayangnya, sering kali baik khatib maupun jamaah hanya menjadikan kalimat ini sebagai formalitas belaka, tanpa benar-benar memahami dan mengaplikasikan maknanya dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat ini diambil dari surah Ali Imran ayat 102, yang lengkapnya berbunyi:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran: 102).
Pesan Taqwa: Untuk Siapa?
Pesan ini, meski sering terdengar, perlu ditekankan bahwa ia ditujukan kepada seluruh umat Muslim, tanpa terkecuali. Baik khatib yang menyampaikan khutbah maupun jamaah yang mendengarkannya, semua memiliki kewajiban yang sama untuk bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Namun, mengapa kalimat ini sering terlewat maknanya?
- Untuk Khatib: Sebagai Pengingat Diri
Sebagai orang yang menyampaikan khutbah, khatib memiliki tanggung jawab besar untuk tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga mengaplikasikan pesan tersebut dalam hidupnya sendiri. Khatib perlu menghayati setiap kata yang diucapkan, sehingga khutbahnya bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah refleksi dari kehidupannya yang berlandaskan ketakwaan yang sejati. Ketika seorang khatib berkata “Ittaqullaha haqqa tuqatih,” ia seharusnya juga mengingatkan dirinya sendiri untuk senantiasa berusaha mencapai derajat takwa yang sebenarnya.
- Untuk Jamaah: Sebagai Tuntutan dan Aplikasi
Bagi jamaah, mendengarkan khutbah adalah salah satu momen untuk memperbarui keimanan dan ketakwaan mereka. Namun sering kali, pesan takwa ini hanya sampai di telinga tanpa diterjemahkan dalam tindakan nyata. Pesan ”Ittaqullaha haqqa tuqatih” seharusnya menjadi pengingat agar jamaah senantiasa menjaga kualitas keimanan dan ketakwaan mereka, tidak hanya dalam ibadah formal seperti salat, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Takwa yang sejati bukan hanya takut kepada Allah, tetapi juga mencakup rasa cinta, ketaatan, dan pengabdian penuh kepada-Nya dalam setiap tindakan.
Mengapa Kalimat Ini Jarang Diaplikasikan Secara Sempurna?
Ada beberapa alasan mengapa kalimat ”Ittaqullaha haqqa tuqatih” jarang diaplikasikan secara sempurna:
1.Pemahaman yang Dangkal: Banyak di antara kita yang memahami takwa sebatas ritual ibadah, tanpa menyadari bahwa takwa mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari perilaku, hubungan sosial, hingga etika dalam bekerja.
2. Rutinitas Tanpa Penghayatan: Mendengarkan khutbah setiap jumat bisa menjadi rutinitas yang kehilangan makna jika tidak diiringi dengan niat untuk memahami dan menerapkan isi khutbah dalam kehidupan sehari-hari.
- Kehilangan Fokus: Kadang kita terlalu sibuk dengan urusan dunia sehingga pesan-pesan spiritual seperti ini hanya menjadi formalitas yang tidak menggerakkan hati dan pikiran.
Pesan “Ittaqullaha haqqa tuqatih” adalah seruan yang sangat mendalam dan serius. Ia mengajak kita untuk mencapai tingkat ketakwaan yang sejati, tidak hanya dalam bentuk ritual, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan kita. Ini adalah panggilan kepada khatib untuk memperbaiki diri dan menjadi teladan, serta kepada jamaah untuk benar-benar menjalani kehidupan yang mencerminkan ketakwaan yang sebenar-benarnya.
Marilah kita semua, baik khatib maupun jamaah, tidak hanya mendengarkan tetapi juga berusaha sekuat tenaga untuk mengaplikasikan pesan ini dalam kehidupan kita. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk menjalankan “haqqa tuqatih” dengan sebaik-baiknya. Amin. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News