Ucapan ‘Seandainya’ dan Implikasinya
UM Surabaya

Oleh: Syahrul Ramadhan, SH, MKn

Ucapan ‘seandainya’ seringkali mencerminkan ketidakpuasan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah. Dalam perspektif Islam, penggunaan kata ini dapat menandakan adanya sikap suudzon (buruk sangka) terhadap ketetapan Allah, yang pada gilirannya bisa membuka pintu-pintu setan menuju kufur nikmat.

  1. Makna dan Implikasi Ucapan “Seandainya”

Ucapan “seandainya” sering kali muncul ketika seseorang merasa tidak puas atau tidak menerima takdir yang telah ditetapkan Allah. Ketika seseorang berkata, “Seandainya aku melakukan hal ini, pasti hasilnya akan berbeda,” hal ini menunjukkan ketidakpuasan terhadap keputusan Allah dan menilai bahwa takdir-Nya kurang baik. Padahal, segala yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang Maha Bijaksana.

Rasa ketidakpuasan ini bisa memicu buruk sangka terhadap Allah dan membuat seseorang lebih rentan terhadap godaan setan. Dalam konteks ini, ucapan “seandainya” bisa membuka pintu setan untuk mengajak seseorang kepada kekufuran dan ketidaksyukuran atas nikmat Allah.

  1. Referensi Al-Qur’an

Al-Qur’an mengajarkan agar umat Islam menerima ketentuan Allah dengan penuh keyakinan dan tawakal. Allah berfirman:

“Apa saja yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah maafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)

Ayat ini menegaskan bahwa segala yang menimpa kita adalah akibat dari perbuatan kita sendiri, namun Allah juga sangat sering memberikan ampunan dan rahmat-Nya. Ketidakpuasan terhadap takdir justru mengabaikan hakikat bahwa segala sesuatu sudah ditentukan dengan penuh hikmah oleh Allah.

  1. Hadist terkait “Seandainya”

Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kamu berkata ‘Seandainya aku melakukan ini dan itu’ karena hal tersebut dapat membuka pintu setan. Tetapi katakanlah, ‘Kendati Allah telah mentakdirkan, pasti baik untukku.” (HR. Muslim)

Hadist ini menunjukkan bahwa ucapan “seandainya” bukan hanya tidak produktif, tetapi juga dapat memicu godaan setan yang mengarah pada ketidakpuasan dan kekufuran. Sebaliknya, kita dianjurkan untuk menerima takdir dengan sikap tawakal dan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah yang terbaik menurut Allah.

  1. Hikmah di Balik Takdir

Dalam setiap takdir, selalu terdapat hikmah yang mungkin belum kita pahami. Allah berfirman:

“Dan bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Ayat ini mengajarkan kita bahwa apa yang tampak buruk bagi kita mungkin saja memiliki kebaikan yang tidak kita ketahui. Oleh karena itu, berdoalah agar Allah memberikan petunjuk dan hidayah untuk memahami takdir-Nya dengan lebih baik.

  1. Kisah Inspiratif

Kisah Nabi Ayyub AS adalah contoh yang baik dalam hal ini. Nabi Ayyub diuji dengan berbagai kesulitan, termasuk penyakit dan kehilangan harta serta keluarga. Namun, beliau tetap bersabar dan tidak pernah mengucapkan “seandainya” terhadap takdir yang menimpanya. Ketika akhirnya Allah mengembalikan nikmat-Nya, Nabi Ayyub menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan (ingatlah) akan hamba Kami, Ayyub, ketika ia memanggil Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku telah diganggu oleh syaitan dengan kesusahan dan azab.”(QS. Sad: 41)

Kisah ini mengajarkan kita bahwa meskipun mengalami kesulitan, sikap sabar dan tawakal adalah kunci untuk menerima takdir Allah dengan penuh keyakinan.

Ucapan “seandainya” dapat mengindikasikan ketidakpuasan terhadap takdir Allah dan membuka pintu bagi godaan setan. Dalam Islam, kita dianjurkan untuk menerima ketentuan Allah dengan keyakinan dan tawakal, serta berdoa agar Allah memberikan kita petunjuk dan hikmah di balik setiap takdir. Dengan begitu, kita dapat menjaga iman dan tetap bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini