Muhammadiyah Sejak Awal Berdirinya sebagai Gerakan Literasi
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad.
UM Surabaya

Setiap perintah yang disebutkan dalam Al Qur’an itu merujuk pada kewajiban. Oleh karena itu perintah membaca merupakan sebuah kewajiban yang mesti dilakukan oleh setiap muslim.

Namun yang terjadi menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad, perintah yang sering kali dipinggirkan – tidak dianggap wajib, bahkan ditinggalkan oleh muslim.

Padahal terang disebutkan dalam Al Qur’an perintah membaca ini dalam Surat Al Alaq ayat 1. Semangat ini yang kemudian mengilhami Muhammadiyah, bahwa melek literasi itu penting.

Muhammadiyah sejak awal berdirinya telah mentasbihkan diri sebagai gerakan literasi. Bahkan organisasi ini memiliki majalah yang diberi nama Suara Muhammadiyah (SM) yang terbit sejak 1915 sampai sekarang, sudah 109 tahun.

“Tidak mungkin orang akan modern, tidak mungkin mereka akan menjadi orang pintar dan maju tanpa membaca,” kata Dadang pada Sabtu (24/8/2024) saat  membuka Festival Pers dan Literasi Muhammadiyah 2024 di UMS.

Baca juga: Festival Pers dan Literasi di UMS, Momen Genuin Muhammmadiyah

Tanpa membaca dan belajar, katanya, sulit umat Islam bisa menguasai dunia. Saat ini yang sedang menguasai peradaban adalah kelompok yang memuja dan memuji ilmu pengetahuan.

Negara-negara yang saat ini maju rakyatnya memiliki tradisi membaca yang kuat, padahal sebagai negara dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yang di dalamnya terdapat perintah membaca, namun membaca sering diabaikan.

Sebagai Guru Besar Sosiologi Agama di Universitas Sunan Gunung Jati Bandung yang masih aktif membimbing mahasiswa, Dadang merasa begitu mencolok perbedaan antara mahasiswa dulu dan sekarang untuk kekuatan membacanya. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini