Seorang kepala keluarga yang menghadapi berbagai ujian dalam mencari rezeki untuk menafkahi keluarga, sesungguhnya bagi mereka ganjaran yang berlipat dan derajat yang tinggi karena perjuangannya menafkahi keluarga.
Dan juga di era sekarang berganti, ketika seorang istri menjadi tulang punggung keluarga itu pun termasuk sedekah yang utama.
Menurut penyataan Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmuโ Syarah Al-Muhadzab, ulama telah sepakat bahwa bersedekah kepada sanak famili lebih utama dibandingkan yang lain berdasarkan referensi beberapa hadis.
ุฃูุฌูู ูุนูุชู ุงููุฃูู ููุฉู ุนูููู ุฃูููู ุงูุตููุฏูููุฉู ุนูููู ุงููุฃูููุงุฑูุจู ุฃูููุถููู ู ููู ุงููุฃูุฌูุงููุจู ููุงููุฃูุญูุงุฏููุซู ููู ุงููู ูุณูุฃูููุฉู ููุซููุฑูุฉู ู ูุดููููุฑูุฉู
โUlama sepakat bahwa sedekah kepada sanak kerabat lebih utama daripada sedekah kepada orang lain. Hadis-hadis yang menyebutkan hal tersebut sangat banyak dan terkenal.โ (An-Nawawi, Al-Majmuโ Syarah Al-Muhadzab, [Dรขrul Fikr], juz 6, halaman 238)
Di antara hadis yang dibuat dasar pernyataan Imam Nawawi di atas adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Saโid al-Khudri berikut:
ุฎูุฑูุฌู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููู ุฃูุถูุญูู ุฃููู ููุทูุฑู ุฅูููู ุงูู ูุตูููููุ ุซูู ูู ุงููุตูุฑูููุ ููููุนูุธู ุงููููุงุณูุ ููุฃูู ูุฑูููู ู ุจูุงูุตููุฏูููุฉูุ ููููุงูู: ยซุฃููููููุง ุงููููุงุณูุ ุชูุตูุฏูููููุงยปุ ููู ูุฑูู ุนูููู ุงููููุณูุงุกูุ ููููุงูู: ยซููุง ู ูุนูุดูุฑู ุงููููุณูุงุกูุ ุชูุตูุฏููููููุ ููุฅููููู ุฑูุฃูููุชูููููู ุฃูููุซูุฑู ุฃููููู ุงููููุงุฑูยป ูููููููู: ููุจูู ู ุฐููููู ููุง ุฑูุณูููู ุงููููููุ ููุงูู: ยซุชูููุซูุฑููู ุงููููุนูููุ ููุชูููููุฑููู ุงูุนูุดููุฑูุ ู ูุง ุฑูุฃูููุชู ู ููู ููุงููุตูุงุชู ุนููููู ููุฏููููุ ุฃูุฐูููุจู ููููุจูู ุงูุฑููุฌููู ุงูุญูุงุฒูู ูุ ู ููู ุฅูุญูุฏูุงูููููุ ููุง ู ูุนูุดูุฑู ุงููููุณูุงุกูยป ุซูู ูู ุงููุตูุฑูููุ ููููู ููุง ุตูุงุฑู ุฅูููู ู ูููุฒูููููุ ุฌูุงุกูุชู ุฒูููููุจูุ ุงู ูุฑูุฃูุฉู ุงุจููู ู ูุณูุนููุฏูุ ุชูุณูุชูุฃูุฐููู ุนูููููููุ ููููููู: ููุง ุฑูุณูููู ุงููููููุ ููุฐููู ุฒูููููุจูุ ููููุงูู: ยซุฃูููู ุงูุฒููููุงููุจูุยป ููููููู: ุงู ูุฑูุฃูุฉู ุงุจููู ู ูุณูุนููุฏูุ ููุงูู: ยซููุนูู ูุ ุงุฆูุฐููููุง ููููุงยป ููุฃูุฐููู ููููุงุ ููุงููุชู: ููุง ููุจูููู ุงููููููุ ุฅูููููู ุฃูู ูุฑูุชู ุงูููููู ู ุจูุงูุตููุฏูููุฉูุ ููููุงูู ุนูููุฏูู ุญูููููู ูููุ ููุฃูุฑูุฏูุชู ุฃููู ุฃูุชูุตูุฏูููู ุจูููุ ููุฒูุนูู ู ุงุจููู ู ูุณูุนููุฏู: ุฃูููููู ููููููุฏููู ุฃูุญูููู ู ููู ุชูุตูุฏููููุชู ุจููู ุนูููููููู ูุ ููููุงูู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู ู: ยซุตูุฏููู ุงุจููู ู ูุณูุนููุฏูุ ุฒูููุฌููู ููููููุฏููู ุฃูุญูููู ู ููู ุชูุตูุฏููููุชู ุจููู ุนูููููููู ูยป
“Suatu ketika Rasulullah keluar menuju masjid guna menunaikan ibadah salat Idul Adha atau Idul Fitri. Sehabis salat, beliau menghadap warga sekitar, memberikan petuah-petuah kepada masyarakat dan menyuruh mereka untuk bersedekah. ‘Wahai para manusia. Bersedekahlah!’ pesan Nabi.
Lalu Baginda Rasul melewati jamaah wanita, Baginda Rasul pun berpesan โWahai para wanita sekalian, bersedekahlah!
Sebab saya itu melihat mayoritas dari kalian adalah penghuni neraka!โ Para wanita itu menjadi heran, apa korelasinya antara menjadi penghuni neraka dengan bersedekah sehingga mereka bertanya, โKenapa harus dengan bersedekah, Ya Rasul?โ
Rasulullah menjawab, โKarena kalian sering melaknat dan kufur terhadap suami. Aku tidak pernah melihat seseorang yang akal dan agamanya kurang namun bisa sampai menghilangkan kecerdasan laki-laki cerdas kecuali hanya di antara kalian ini yang bisa, wahai para wanita.โ
Setelah Rasulullah berkhotbah di hadapan masyarakat, beliau bergegas pulang ke kediaman. Setelah sampai rumah, Zainab, istri Abdullah bin Masโud meminta izin untuk diperbolehkan masuk, sowan kepada Baginda Nabi. Nabi pun mempersilakan.
Ada yang memperkenalkan, โYa Rasulullah, ini Zainab.โ Rasul balik bertanya, โZainab yang mana?โ โIstri Ibnu Masโud.โ โOh ya, suruh dia masuk!โ Zainab mencoba berbicara kepada Nabi, โYa Rasul. Tadi Anda menyuruh untuk bersedekah hari ini. Ini saya punya perhiasan.
Saya ingin menyedekahkan barang milikku ini. Namun Ibnu Masโud (suamiku) mengira bahwa dia dan anaknya lebih berhak saya kasih sedekah daripada orang lain.โ Rasul pun menegaskan, โLho, memang benar apa yang dikatakan Ibnu Masโud itu. Suami dan anakmu lebih berhak kamu kasih sedekah daripada orang lain.” (HR. Bukhari: 1462)
Adanya hadis tersebut, para ulama berpijak bahwa bersedekah kepada keluarga lebih diutamakan daripada orang lain.
Meski pun begitu, ada juga murid-murid Imam Syafiโi yang berpandangan tidak ada perbedaan sama sekali tentang mana yang perlu didahulukan.
ููุงูู ุฃูุตูุญูุงุจูููุง ููููุง ููุฑููู ููู ุงุณูุชูุญูุจูุงุจู ุตูุฏูููุฉู ุงูุชููุทููููุนู ุนูููู ุงููููุฑููุจู ููุชูููุฏููู ููู ุนูููู ุงููุฃูุฌูููุจูููู ุจููููู ุฃููู ููููููู ุงููููุฑููุจู ู ูู ูููู ููููุฒูู ููู ููููููุชููู ุฃููู ุบูููุฑููู ููุงูู ุงููุจูุบููููู ุฏูููุนูููุง ุฅููู ููุฑููุจู ููููุฒูู ููู ููููููุชููู ุฃูููุถููู ู ููู ุฏูููุนูููุง ุฅููู ุงููุฃูุฌูููุจูููู
โTeman-teman kami (bermazhab Syafiโi) mengatakan โtidak ada perbedaan pada sedekah yang sunah antara keluarga dekat yang harus dinafkahi harus didahulukan daripada orang lain atau sebagainya.
Menurut Al-Baghawi, memberikan kepada keluarga dekat yang menjadi tanggung jawab nafkahnya, lebih utama dibandingkan sedekah kepada orang lain.โ (An-Nawawi, Al-Majmuโ Syarah Al-Muhadzab, [Dรขrul Fikr], juz 6, halaman 238)
Dari Saโd bin Abi Waqqash radhiyallahu โanhu, Rasulullah shallallahu โalaihi wa sallam bersabda:
ุฅูููููู ูููู ุชููููููู ููููููุฉู ุชูุจูุชูุบูู ุจูููุง ููุฌููู ุงูููููู ุฅููุงูู ุฃูุฌูุฑูุชู ุนูููููููุงุ ุญูุชููู ู ูุง ุชูุฌูุนููู ููู ููู ุงู ูุฑูุฃูุชููู
โSungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampaipun makanan yang kamu berikan kepada istrimu.โ (HR. Bukhari 56 dan Muslim 1628).
Hadis yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan besarnya penghargaan Islam kepada suami yang menafkahi anggota keluarganya dengan niat ikhlas.
Amal perbuatan manusia bergantung niatnya, sehingga infak yang dilakukan seorang hamba untuk keluarganya dengan niat karena melaksanakan perintah Allah dan mencari keridaannya bernilai pahala di sisi-Nya. (Tuhfatul ahwadzi, 5/398). (*/tim)