*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
Tak ada kenikmatan istirahat bagi yang tak merasakan letih, bahkan sebesar rasa letih itulah kenikmatan istirahat dapat dirasakan.
Tidak ada istirahat serta kegembiraan total, kecuali nanti di akhirat kelak. Selama hidup di dunia mukmin tidak akan memiliki waktu istirahat yang sebenarnya sampai ia masuk ke dalam Surga yang kekal selamanya.
(1). Wahb bin Munabbih رحمه الله berkata :
“Seorang mukmin tidaklah memiliki waktu istirahat melainkan ketika ia telah memasuki Surga” (Mausuu’ah Ibnu Abid Dunya I/250)
(2). Al-Hasan Al-Bashri رحمه الله berkata :
كل نعيم زائل إلا نعيم أهل الجنة، وكل غم زائل إلا غم أهل النار
“Setiap kenikmatan (kebahagiaan) itu, pasti akan berlalu, kecuali kenikmatan (yang telah dirasakan oleh) penduduk Surga. Dan setiap kesedihan (duka cita) itu akan berlalu, kecuali kesedihan (yang dirasakan oleh) penduduk neraka.” (Al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilmi hal 1591)
(3). Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
إذا تعب العبد قليلا استراح طويلا، وإذا تحمل مشقة الصبر ساعة قاده لحياة الأبد، وكل ما فيه أهل النعيم المقيم فهو ثمرة صبر ساعة
“Jika seorang hamba mau berletih sebentar, maka dia pun akan bisa beristirahat panjang, dan apabila dia mau untuk memikul beratnya kesabaran sebentar, maka hal tersebut akan mengantarkannya menuju kehidupan abadi. Dan semua yang dinikmati oleh orang-orang yang mendapatkan kenikmatan abadi adalah buah dari kesabaran sesaat”
(Miftaah Daaris Sa’aadah II/895)
“Maka manusia yang paling bahagia adalah manusia yang paling lelah, demikian pula sebaliknya manusia yang paling lelah akan menjadi manusia yang paling berbahagia. Karena sesungguhnya kepemimpinan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, tidak akan dicapai kecuali dengan melewati jembatan kelelahan” (Tuhfatul Mauluud hal 249). (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News