Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Tafsir menyampaikan, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang telah sukses di bidang kesehatan dan pendidikan, kini saatnya untuk memikirkan langkah strategis dalam menguasai sektor ekonomi, terutama pasar.
“Tidak hanya dalam lingkup perdagangan kecil, tetapi juga melalui industrialisasi yang lebih besar. Misalnya, Muhammadiyah dapat membangun pabrik yang memproduksi alat kesehatan atau produk lainnya yang dibutuhkan masyarakat luas,” ujar Tafsir dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Selasa (27/08/2024) di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tafsir mengemukakan, industrialisasi Muhammadiyah ini tidak hanya akan memperkuat posisi umat Islam dalam perekonomian, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap kesejahteraan umat. Muhammadiyah harus bergerak cepat agar tidak terlambat, karena jika tidak melangkah sekarang, maka kelompok lain yang akan terus mendominasi pasar.
Baca juga: Ahmad Dahlan Rais Tekankan Pentingnya Optimalisasi Wakaf untuk Dukung Kemandirian
Dengan berbagai potensi yang dimiliki, Muhammadiyah tidak hanya mampu melakukan hal tersebut, tetapi juga berperan dalam menciptakan keseimbangan ekonomi yang lebih adil dan merata. Sudah waktunya Muhammadiyah tidak hanya mengajari anak-anak mengaji, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menguasai pasar, demi masa depan umat yang lebih sejahtera.
“Tidak hanya mengajari anak-anak kita mengaji dan menghafal Quran, tapi mari kita ajak juga mereka untuk menguasai pasar. Jangan sampai masbuq dalam hal ini,” ucap Tafsir. Ungkapan “masbuq” artinya tidak boleh terlambat.
Tafsir lantas menyinggung ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yang menyebutkan bahwa pasar merupakan tempat yang dibenci oleh Allah SWT.
Selanjutnya ada pemahaman yang sempit terhadap hadis ini sering kali memengaruhi umat Islam dalam melihat aktivitas pasar dan jual beli.
“Akibatnya, umat Islam cenderung menjauhi dunia perdagangan, dan posisi dominan di pasar diambil alih oleh kelompok lain,” tuturnya.
Di Indonesia, kata Tafsir, pasar saat ini didominasi oleh Sembilan Naga, sebuah istilah yang merujuk pada sembilan pengusaha besar keturunan Tionghoa yang memiliki pengaruh besar dalam perekonomian Indonesia. Jika umat Islam sejak dahulu terjun ke dunia bisnis dengan serius, bukan tidak mungkin sudah memiliki ‘Sembilan Naga’ versi sendiri. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News