*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Mengapa begitu sering kita lebih mengharapkan perhatian manusia daripada perhatian Allah Subhanahu Wa Ta’ala?
Betapa sering kita merasa gelisah, khawatir, atau bahkan kecewa saat harapan kita kepada sesama tidak terpenuhi.
Padahal, ada Zat yang selalu memperhatikan kita, mengawasi setiap langkah, mendengarkan setiap doa, dan memahami setiap keresahan hati—Dialah Allah, Rabb semesta alam.
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), ‘Aku itu dekat.’ Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Firman ini mengingatkan kita bahwa Allah selalu dekat, lebih dekat daripada urat leher kita sendiri.
Dalam ayat ini, Allah tidak hanya menegaskan kedekatan-Nya, tetapi juga memberikan janji yang pasti: bahwa setiap doa akan didengar dan dikabulkan. Syaratnya, kita harus memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya.
Namun, seringkali kita merasa ragu atau tidak sabar saat doa-doa kita belum dikabulkan. Kita lebih cenderung berusaha mendapatkan perhatian dan pengakuan dari manusia, lupa bahwa pengakuan dan rahmat Allah jauh lebih berharga. Inilah yang sering kali menjebak kita dalam kekecewaan dan kegelisahan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga mengajarkan tentang pentingnya menyadari keberadaan Allah di setiap saat.
Dalam sebuah hadis, seseorang pernah bertanya kepada beliau: “Apa yang dimaksud dengan hati yang bersih (suci)?”
Beliau menjawab:
“(Yaitu) seseorang mengetahui bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla selalu bersamanya di mana saja dia berada.” (HR. Thabarani dalam Al Mu’jam Ash Shagir. Dishahihkan Syaikh Al Albani di As Silsilah Ash Shohihah 1046)
Hati yang suci adalah hati yang senantiasa merasa diawasi oleh Allah. Hati yang yakin bahwa dalam setiap keadaan, Allah ada bersama kita, mendengarkan kita, dan mengawasi kita. Ketika kita menyadari hal ini, rasa takut, cemas, dan kekhawatiran akan berkurang. Sebab, kita memahami bahwa Allah adalah tempat bergantung yang sempurna dan satu-satunya.
Beralih dari Mengharap Manusia ke Mengharap Allah
Untuk dapat merasakan kedekatan dengan Allah dan berharap hanya pada-Nya, kita harus melatih diri untuk:
Memperbanyak Doa dan Zikir: Doa adalah senjata bagi seorang mukmin. Berkomunikasilah dengan Allah dalam keadaan apa pun; saat senang, sedih, bingung, atau tenang. Semakin kita sering berzikir dan berdoa, semakin kita akan merasakan kedekatan dengan-Nya.
Meningkatkan Kualitas Iman: Iman yang kuat akan membimbing hati kita untuk lebih yakin bahwa Allah senantiasa bersama kita. Perbanyak membaca Al-Qur’an, mengikuti kajian, dan mendalami ilmu agama untuk memperkuat iman.
Berbaik Sangka kepada Allah: Dalam setiap kondisi, baik itu ujian atau nikmat, selalu tanamkan husnuzan (berbaik sangka) kepada Allah. Percayalah bahwa setiap ketentuan-Nya adalah yang terbaik untuk kita.
Melatih Kesabaran dan Ketawakalan: Sabar dan tawakal adalah kunci dalam menghadapi segala ujian. Ketika kita sabar, kita menunjukkan keteguhan hati. Ketika kita bertawakal, kita menyerahkan segala urusan kepada Allah.
Mengutamakan Rida Allah di Atas Rida Manusia: Jangan terjebak dalam mencari pujian atau pengakuan manusia. Fokuslah mencari rida Allah, karena itulah yang akan membawa ketenangan dan kebahagiaan sejati.
Maka, berhentilah berharap pada perhatian manusia yang fana. Beralihlah kepada Allah yang Maha Abadi, yang kasih sayang-Nya tak pernah putus, dan yang selalu mengerti kebutuhan kita lebih dari siapa pun. Saat kita hanya berharap pada-Nya, maka rahmat dan pertolongan-Nya akan selalu datang menghampiri.
Insya Allah, semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa berharap hanya kepada Allah. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News