Paradoks Kebangkitan dan Penurunan Islam: Fenomena Dunia dan Indonesia
foto: rajasthandriver
UM Surabaya

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Abdul Mu’ti, menyoroti paradoks yang terjadi di kalangan umat Muslim di dunia dan di Indonesia.

Dalam acara Tasyakur Milad 2 Dekade MBS Pleret, Bantul, Kamis (29/8/2024), Mu’ti mengungkapkan bahwa agama Islam di Eropa selama 30 tahun terakhir menunjukkan perkembangan pesat, terlihat dari peningkatan jumlah pemeluknya.

“Saat ini, dari sekitar 7 miliar populasi manusia di dunia, 2 miliar di antaranya adalah Muslim. Bahkan, menurut penelitian dari Amerika Serikat, pada tahun 2050, India diperkirakan akan menjadi negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia,” katanya.

Namun, fenomena ini justru berbanding terbalik dengan yang terjadi di Indonesia. Mu’ti menyebutkan, mengapa Muslim di Indonesia justru mengalami penurunan?

“Ini disebabkan oleh adanya degenerasi diniyah,” cetus dia.

Mu’ti menilai, umat Muslim di Indonesia saat ini mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Lebih ironis lagi, penurunan ini bukan hanya dalam jumlah pemeluk, tetapi juga pada kualitas keberagamaan yang hanya bersifat status formal belaka.

“Islam bagi sebagian besar Muslim di Indonesia hanya sebatas Islam KTP — praktik agamanya masih sekadar formalitas. Nilai-nilai Islam tidak tercermin secara nyata dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Survei menunjukkan bahwa 60 persen umat Islam di Indonesia tidak bisa membaca Al-Qur’an. Bahkan, banyak mahasiswa Muslim yang kesulitan dalam membaca, apalagi menulis dalam bahasa Arab.

Jika kondisi ini terus berlanjut, Mu’ti khawatir akan terjadi kemunduran besar bagi Islam di Indonesia. Perubahan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, sehingga penting untuk memperkuat akidah generasi penerus.

“Generasi yang memiliki akidah kuat adalah fondasi untuk membangun kekuatan lainnya. Akidah yang kuat akan membentuk generasi yang tangguh, tidak mudah putus asa, dan memiliki daya juang tinggi,” tegasnya.

Mu’ti lalu mengingatkan bahwa dalam ajaran Islam, terdapat larangan untuk meninggalkan generasi yang lemah.

Bahkan, Allah SWT menganggap hal tersebut sebagai perbuatan zalim yang sangat besar.

Paradoks antara kebangkitan Islam di dunia dan penurunan kualitas Islam di Indonesia ini menjadi refleksi penting bagi umat Muslim di Tanah Air untuk kembali menguatkan fondasi iman dan praktik keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini