Menggali Pelajaran Hidup dari Filosofi Lebah
foto: getty images
UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidilahl Ichsan, S.Pd
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“Be like a bee whose life is short, but is able to leave traces of beauty that last longer than its lifetime.”

(Jadilah seperti lebah yang hidupnya singkat, tetapi mampu meninggalkan jejak keindahan yang lebih lama dari masa hidupnya.)”

Lebah adalah serangga yang terkenal karena kerja kerasnya dalam mengumpulkan madu serta sistem sosialnya yang kompleks dan teratur.

Dari lebah, kita dapat belajar banyak hal untuk diterapkan dalam kehidupan manusia. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT:

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,’ kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl: 68-69)

Dari ayat ini, kita belajar bahwa lebah telah dianugerahi pengetahuan dan kemampuan untuk membuat sarang di berbagai tempat dengan menggunakan bahan yang berbeda.

Selain itu, lebah juga mampu menghasilkan madu dari berbagai jenis bunga yang kaya akan manfaat bagi manusia.

Manusia hendaknya belajar semangat etos kerja dari lebah yang setiap hari biasa kita lihat dengan melihat filosofi lebah sebagai berikut:

– Mengambil yang Bersih dan Memberikan yang Bersih

Lebah hanya hinggap di tempat-tempat yang bersih dan menyerap sari bunga atau nektar yang baik. Mereka tidak seperti lalat yang menghinggapi kotoran.

Dalam hal ini, seorang mukmin juga harus meneladani lebah dengan hanya mengambil yang baik dan halal. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah: 172)

– Produktif dalam Menghasilkan Kebaikan

Lebah menghasilkan madu yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Demikian pula, seorang mukmin seharusnya mampu menghasilkan kebaikan yang dirasakan manfaatnya oleh orang lain.

– Tidak Merusak

Lebah tidak pernah merusak tempat yang dihinggapinya. Begitu juga seorang mukmin, hendaknya tidak melakukan kerusakan, baik material maupun non-material.

– Tidak Menyakiti Kecuali Jika Terancam

Lebah hanya akan menyerang ketika merasa terancam atau terganggu. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang mukmin juga harus bersikap demikian, hanya bertindak defensif jika terancam.

Nabi Muhammad SAW juga menggambarkan orang beriman yang baik seperti lebah:

“Manusia mukmin adalah laksana lebah madu. Jika dia makan, hanya memakan makanan yang baik; jika mengeluarkan sesuatu, adalah sesuatu yang baik; dan bila hinggap di atas ranting pohon, tidak mematahkannya dan tidak merusaknya.” (HR. Ahmad, Hakim, Baihaqi)

Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar, mengajarkan bahwa dari lebah kita belajar untuk bekerja dengan rajin, disiplin, dan memanfaatkan waktu dengan efektif.

Belajar dari lebah memberikan kita banyak pelajaran berharga, seperti semangat kerja keras, kedisiplinan, pemanfaatan waktu yang baik, dan kesederhanaan. Sebagai makhluk yang lebih mulia, manusia seharusnya mampu meneladani sikap dan filosofi lebah untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dan harmonis.

Semoga bermanfaat, (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini