Rahasia Di Balik Doa yang Mustajab
foto: getty images
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Yahya bin Mu’adz al-Razi (830–871 M), seorang sufi terkemuka dari Asia Tengah, pernah berkata: “Siapa yang Allah mudahkan untuk menghadirkan hati dalam doa, maka doanya takkan tertolak.”

Ungkapan tersebut menekankan pentingnya ketulusan hati dalam berdoa.

Dalam kesempatan lain, ia mengingatkan, “Janganlah menganggap pengabulan doa itu lambat, sementara engkaulah yang telah menutup jalan pengabulan doa itu dengan beragam dosa dan maksiat.”

Pernyataan ini mengajak kita untuk introspeksi, melihat apakah ada hal-hal yang kita lakukan yang menghalangi terkabulnya doa kita.

Yahya bin Mu’adz juga menegaskan, “Siapa yang menghadirkan hati dalam doa, berada dalam keadaan darurat saat memohon, dan memiliki harapan yang kuat, maka doanya sulit untuk ditolak.” (Al-Fawaid, hlm. 78).

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa ada empat sebab utama yang menyebabkan doa mudah terkabul:

Hati yang tidak lalai, benar-benar khusyuk dalam berdoa.
Menghindari maksiat, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi.
Memohon dengan rasa butuh yang mendalam, menciptakan kondisi penuh harapan akan terkabulnya doa.
Menjauhi segala bentuk dosa dan maksiat.

Dalil-dalil yang mendukung tiga sebab di atas adalah sebagai berikut:

Keyakinan dan Khusyuk dalam Berdoa: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi, no. 3479)

Kondisi Darurat dan Menghindari yang Haram: Dalam situasi sangat membutuhkan pertolongan Allah, doa lebih mudah terkabul.

Namun, sekalipun dalam kondisi darurat, doa bisa terhalang jika dilakukan oleh mereka yang mengonsumsi hal-hal haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Kemudian Nabi menceritakan tentang seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Ia mengangkat tangannya ke langit, memohon:

‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku,’ padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia diberi makan dengan yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim, no. 1015)

Meskipun keadaan genting seharusnya membuat doa terkabul, mengonsumsi yang haram mengakibatkan doa sulit untuk diterima.

Oleh karena itu, kesucian hati dan tindakan menjauh dari hal-hal yang diharamkan adalah kunci untuk membuka jalan terkabulnya doa. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini