*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa- dosa mereka sedikitpun”.
(HR. Muslim no 1016)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits :
Yang dimaksud Nabi Shallalahu ‘Alaihi Wasallam dengan sabdanya “Barang siapa yang merintis sunnah hasanah/baik adalah mendahului dalam mengamalkan sunnah yang telah valid dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan bukan membuat/merekayasa/berkreasi dalam membuat suatu ibadah yang baru.
Mendahului/memulai menjalankan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, lalu diikuti oleh orang- orang lain. Bisa jadi sunnah tersebut bukanlah sunnah yang ditinggalkan/dilupakan/telah mati, akan tetapi dialah yang pertama kali mengingatkan orang orang lain dalam mengerjakannya.
Sebagaimana dalam kasus hadits Jarir bin Abdillah, sunnah Nabi yang dikerjakan adalah sedekah. Tentunya sunnah ini bukanlah sunnah yang telah mati atau ditinggalkan para sahabat, akan tetapi pada waktu kasus datangnya orang- orang miskin maka sahabat Anshori itulah yang pertama kali mengamalkannya sehingga diikuti oleh para sahabat yang lain.
Bisa jadi makna “sanna sunnatan hasanah” kita artikan dengan menghidupkan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang telah mati/ditinggalkan.
Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam “Barang siapa yang merintis sunnah hasanah/baik tidaklah mungkin dibawakan pada makna kreasi amal ibadah yang baru. Karena tidak mungkin diketahui itu baik atau buruk kecuali dari sisi syariat. Akal tidak punya peran dalam menilai ibadah hasil kreasi baik atau buruk.
Kalau memang makna adalah membuat kreasi ibadah baru yang tidak diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, berarti Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menganjurkan kita untuk sering berkreasi membuat ibadah baru (bid’ah hasanah).
Semakin banyak berkreasi maka semakin bagus. Jika perkaranya demikian lantas apa faedahnya anjuran Nabi tatkala terjadi perselisihan dengan barkata (Hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku), (Gigitlah sunnahku dengan geraham kalian) !!!.
Apa faedahnya perkataan Nabi ini jika ternyata setiap orang boleh berkreasi membuat sunnahnya sendiri-sendiri ??!!!
Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran :
Ancaman orang yang enggan terhadap sunah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
(QS. An-Nisa : 115)
Larangan mendahului Allah dan Rasul-Nya
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al Hujurat :1)
Yang berhak membuat syariat hanya Allah dan RasulNya
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang- orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.
(QS. Ash-Shura : 21)
Insya Allah Allah melimpahkan kesehatan dan keberkahan kepada kita semua serta senantiasa menjadi hamba Allah yang selalu bersyukur dan memiliki hati yang terbaik, bersih dan ikhlas dalam berbuat kebaikan. Serta Allah Subhana Wa Ta’ala menerima taubat dan memberikan ampunan atas dosa- dosa kita…
Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin
Insya Allah bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News