*) Oleh: Ferry Is Mirza
Mengapa Allah membebani kaum mukminin dengan banyak ibadah, penyakit, dan berbagai macam cobaan? Sementara para pelaku maksiat tampak bersenang-senang dengan segala kenikmatan hidup?
Pertanyaan ini muncul dengan dua motif: sebagai bentuk gugatan atau sebagai pencarian bimbingan.
Jika pertanyaan ini dilontarkan sebagai gugatan, maka jelas menunjukkan ketidakfahaman penanya. Hikmah Allah terlalu agung untuk dicapai oleh akal manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ‘Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.’” (QS. Al-Isra: 85)
Bahkan mengenai roh yang ada di dalam diri kita sendiri, yang merupakan inti dari kehidupan kita, kita tidak memiliki pengetahuan yang memadai. Para ahli logika, filsafat, dan kalam pun tidak mampu memberikan definisi dan penjelasan substansial tentang roh.
Jika kita tidak mengetahui hakikat roh yang merupakan ciptaan Allah yang terdekat dengan kita, apalagi hal-hal lain yang tersembunyi di balik kuasa-Nya.
Di sisi lain, jika pertanyaan ini bertujuan untuk mencari penjelasan, maka jawabannya adalah bahwa seorang mukmin pasti mendapatkan cobaan. Cobaan ini memiliki dua manfaat utama:
1. Menguatkan Keimanan Mukmin
Cobaan adalah ujian keimanan seorang mukmin, apakah imannya teguh atau mudah goyah. Mukmin yang tulus akan tabah menghadapi takdir Allah dan mengharap pahala dari-Nya, sehingga ujian terasa ringan.
Contohnya adalah seorang ahli ibadah wanita yang tetap tenang meski jarinya terluka, dengan mengatakan, “Manisnya pahala cobaan ini membuatku lupa akan pahitnya menahan kesabaran.”
2. Mengangkat Derajat Mukmin yang Bersabar
Allah sangat memuji orang-orang yang sabar dan menjanjikan pahala tanpa batas bagi mereka.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sebagai sosok yang paling bertakwa dan takut kepada Allah, juga merasakan penderitaan seperti manusia lainnya. Ini semua untuk memastikan beliau mendapatkan pahala kesabaran yang maksimal.
Dengan demikian, hikmah di balik cobaan yang Allah berikan kepada seorang mukmin adalah untuk menguatkan iman dan mengangkat derajat mereka di hadapan Allah.
Adapun kenapa Allah memberi kenikmatan kepada para pelaku maksiat, hal itu bisa jadi adalah istidraj, yaitu tipuan dari Allah untuk membiarkan mereka terlena.
Rasulullah bersabda, “Dunia ini adalah penjara bagi seorang mukmin dan surga bagi orang kafir.”
Kenikmatan dunia bagi orang-orang fasik hanya bersifat sementara, sementara mereka akan mendapatkan balasan atas perbuatan mereka di akhirat kelak. Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke Neraka (kepada mereka dikatakan): ‘Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan kamu telah fasik.’”(QS. Al-Ahqaf: 20)
Sebaliknya, seorang mukmin yang berpindah dari dunia yang penuh cobaan menuju akhirat akan mendapatkan kebahagiaan yang berlipat ganda.
Kebahagiaan ini lebih besar karena didahului oleh kesulitan dan ujian yang dihadapi selama di dunia. Inilah hikmah besar di balik cobaan bagi seorang mukmin. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News