*) Oleh: Ferry Is Mirza
Syaitan merupakan musuh nyata manusia. Dia selalu berusaha menjerumuskan manusia kedalam jurang kekafiran, kesesatan dan kemaksiatan. Di dalam menjalankan aksinya itu syaitan memiliki dua senjata ampuh yang telah banyak makan korban. Dua senjata itu adalah syubhat dan syahwat. Dua penyakit yang menyerang hati manusia dan merusakkan perilakunya.
Syahwat artinya selera, nafsu, keinginan, atau kecintaan. Sedangkan fitnah syahwat (penyakit mengikuti syahwat) adalah mengikuti apa-apa yang disenangi oleh hati/nafsu yang keluar dari batasan syari’at.
Fitnah syahwat ini akan menyebabkan kerusakan niat, kehendak, dan perbuatan orang yang tertimpa penyakit ini.
Penyakit syahwat ini misalnya: rakus terhadap harta, tamak terhadap kekuasaan, ingin populer, mencari pujian, suka perkara-perkara keji, zina, dan berbagai kemaksitan.
Syubhat bermaksud samar, samar, atau tidak jelas. Penyakit syubhat yang menimpa hati seseorang akan menghancurkan ilmu dan akidahnya. Sehingga “perkara ma’ruf menjadi keliru dengan kejahatan, maka orang itu tidak mengetahui apa itu ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran. Bahkan mungkin penyakit ini menguasainya sehingga dia yakin yang betul itu salah, yang salah itu salah, itu salah, itu sunnah bid’ah, bid’ah itu sunnah, al-haq sebagai kebatilan. , dan apa yang salah sebagai al-haq”. (Tazkiyatun Nufus, hlm: 31, DR. Ahmad Farid)
Keraguan ini termasuk, contohnya: keraguan, kemunafikan, bidah, kufur dan bidah yang lain.
Kekhawatiran Rasulullah Terhadap Penyakit Syubhat Dan Syahwat
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengkhawatirkan fitnah (kesesatan) syahwat dan fitnah syubhat terhadap umatnya.
Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat mengikuti nafsu pada perut kamu dan pada kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang menyesatkan.”
(HR. Ahmad dari Abu Barzah Al-Aslami. Dishahihkan oleh Syaikh Badrul Badr di dalam ta’liq Kasyful Kurbah, hal: 21)
Syahwat mengikuti nafsu perut dan kemaluan adalah fitnah syahwat, sedangkan fitnah- fitnah yang menyesatkan adalah fitnah syubhat.
Kedua fitnah ini sesungguhnya juga telah menimpa orang-orang zaman dahulu dan telah membinasakan mereka.
Allah berfirman :
“(Keadaan kamu hai orang-oang munafik dan musyirikin adalah) seperti keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta benda dan anak- anaknya daripada kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah nikmati bagianmu sebagaimana orang- orang yang sebelummu menikmati bagian mereka, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannyaMereka itu, amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi.”
(QS. At Taibah : 69)
Benteng Fitnah Syubhat Dan Syahwat
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Asal dari segala fitnah (kesesatan) hanyalah dari sebab: mendahulukan fikiran daripada syara’ (agama) dan mengutamakan hawa nafsu daripada akal.
Pertama asal fitnah nafsu, kedua asal fitnah nafsu. Keraguan fitnah ditolak dengan keyakinan, sedangkan fitnah hawa nafsu ditolak dengan kesabaran. Sebab itu Allah jadikan kepimpinan agama bergantung kepada dua perkara ini.
Allah Azza Wa Jalla berfirman:
“Dan Kami jadikan di antara mereka (Bani Israil) pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk kepada kami dengan perintah Kami ketika mereka sabar, dan mereka beriman kepada ayat-ayat Kami.”
(QS. As Sajdah :24)
Ini menunjukkan bahawa dengan kesabaran dan kepercayaan kepimpinan dalam agama boleh dicapai. Allah juga menggabungkan dua perkara ini dalam firman-Nya:
“Dan mereka saling menasihati untuk mentaati kebenaran, dan saling menasihati untuk bersabar.”
(QS. Al Hasr :3)
Maka mereka saling menasihati supaya mentaati kebenaran yang menolak keraguan, dan saling menasihati supaya memelihara kesabaran yang menahan hawa nafsu.
Allah juga menggabungkan keduanya dalam firman-Nya:
“Dan ingatlah hamba- hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Yakub yang mempunyai amal-amal yang besar dan ilmu yang tinggi.”
(QS. AshShaaffat :45)
Maka dengan kesempurnaan akal dan kesabaran, fitnah nafsu akan tertolak. Dan dengan kesempurnaan ilmu dan keimanan, fitnah yang meragukan akan tertolak.
(Mawaridul Amaan, hlm: 414-415)
Dengan hati kita tertata dengan takwa dan beriman hanya kepada Allah Ta’ala serta berpegang teguh dengan Alquran dan As-sunah Rasulallah, kita lawan Syahwat dan Syubhat agar tak Murtad.
Insya Allah bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News