Antara Muhammadiyah dengan NU bagaikan dua sayap yang menerbangkan keislaman dan keindonesiaan.
Pasalnya, alih-alih perbedaan yang tajam, justru antara Muhammadiyah dengan NU ditemukan begitu banyak kesamaan.
Kita ini di bolak-balik ya Islam. Maka dari itu kita terus mengelorakan Islam yang damai, mencerahkan, dan memajukan.
Saat ini, ada beberapa isu strategis dalam konteks keumatan dan kebangsaan.
Di antaranya adalah penguatan ekonomi yang berkeadilan, politik dan kepemimpinan moral supaya tidak terjadi lagi pembelahan akibat hajatan lima tahunan.
Bercermin dari fenomena akrobat politik pada Pemilu 2019, yang mengakibatkan pembelahan dan itu dirasakan sampai sekarang, sebaiknya politik yang tidak membawa-bawa agama sebagai kendaraan untuk meraup suara.
Sekurangnya terdapat tiga agenda pengembangan kerja bersama antara Muhammadiyah dengan NU dalam waktu dekat.
Pengembangan kerja bersama antara Muhammadiyah dengan NU yang pertama yaitu dalam konteks kepemimpinan moral.
Lebih-lebih menyongsong Pemilu 2024, Muhammadiyah dan NU mendorong terselenggaranya Pemilu yang demokratis.
Serta berharap ada visi dan arah moral serta visi kebangsaan yang kokoh para calon.
Sehingga kontestasi itu tidak sekadar politik kekuasaan semata-mata. Tapi visi kebangsaan apa yang mau dibawa yang diwujudkan berangkat dari fondasi yang diletakkan oleh para pendiri bangsa.
Untuk itu, kepemimpinan moral sebagai istilah yang disepakati. Hal ini agar bisa mengarahkan kontestasi.
Sehingga siapa pun nanti yang terpilih sudah mengetahui baik maupun buruk-benar atau salah, serta benar dan salah dalam berpolitik. Dengan seperti itu, diharapkan Pemilu dan hasilnya tidak transaksional.
Muhammadiyah dengan NU sebagai organisasi non-politik praktis memiliki panggilan moral untuk hadir dengan tanpa merasa paling benar sendiri.
Terkait itu, kedua organisasi organisasi masyarakat berbasis agama ini bisa menjadi wasit moral dalam kontestasi politik di negeri ini.
Pengembangan kerja bersama antara Muhammadiyah dengan NU yang kedua adalah mendorong terciptanya ekonomi yang berkeadilan. Di samping politik yang adil dan lain sebagainya.
Ekonomi berkeadilan, sebagai usaha untuk membebaskan, memberdayakan dan memajukan, sekaligus menyejahterakan umat.
Itu juga harus menjadi concern juga dalam kontestasi politik ke depan. Agar tidak sekadar bagi-bagi kekuasaan, tapi yang paling penting ini Indonesia dengan rakyatnya yang 250 juta itu mau diapakan agar lebih sejahtera. Karena saya pikir elitenya sudah lebih sejahtera.
Dalam pandangan Muhammadiyah, kesejahteraan tidak hanya berada pada lingkaran elit, tetapi juga harus dirasakan oleh seluruh rakyat.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi fokus untuk segera direalisasikan.
Selanjutnya, pengembangan kerja bersama antara Muhammadiyah dengan NU yang ketiga sebagai gerakan keagamaan akan terus berkomitmen memandu umat agar menjadi cerdas, damai, bersatu dalam keragaman dan semakin maju kehidupannya.
Muhammadiyah dan NU memastikan akan berada digaris terdepan dalam usaha memandu umat. (*)
(Disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir saat berkunjung di kantor PBNU Jakarta Pusat, 25 Mei 2023)