Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah menegaskan, memasuki abad kedua, ‘Aisyiyah akan fokus pada upaya pemberdayaan ekonomi dan kemandirian bagi perempuan. Setelah sukses di bidang pendidikan, ‘Aisyiyah fokus pada kemajuan hidup bagi perempuan.
Saat ini, sekitar 9,68 persen perempuan di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, angka yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Namun, perempuan juga memiliki peran besar di sektor kewirausahaan, dengan partisipasi mencapai 64,5 persen dari total Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
“Kita perlu mendorong perempuan pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnisnya ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga tidak hanya membawa kesejahteraan bagi mereka sendiri, tetapi juga bagi keluarga dan lingkungannya,” ujar Salmah dalam acara penandatanganan MoU antara Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia pada Selasa (10/09/2024) di Universitas Ahmad Dahlan.
Salmah menjelaskan, pemberdayaan ekonomi perempuan yang dilakukan oleh ‘Aisyiyah berlandaskan pada ajaran Al-Quran, khususnya QS. Al Isra 26 yang menyebutkan pentingnya memberikan hak kepada kerabat dekat, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan, serta larangan untuk menghambur-hamburkan harta secara boros.
Salah satu inisiatif penting yang dilakukan adalah Program Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah (BUEKA). Program berbasis komunitas ini bertujuan untuk memberikan pendampingan kepada perempuan agar mampu memaksimalkan potensi ekonominya.
“Kami ingin menumbuhkan wawasan agar perempuan bisa menghasilkan produk-produk yang lebih ekonomis,” lanjutnya.
Salmah juga menyoroti perkembangan sektor UMKM yang terus meningkat, berkat peran penting pemerintah dalam memperkuat sektor tersebut.
Menurutnya, MoU ini penting dilakukan untuk memperkuat sinergi antara ‘Aisyiyah dan pemerintah dalam mendorong pemberdayaan perempuan agar mampu bersaing di tingkat global. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News