Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama Melalui Majelis Taklim Ad-Dhuha
Perguruan Muhammadiyah Karangpilang Surabaya menyelenggarakan pengajian Ad-Dhuha.
UM Surabaya

Perguruan Muhammadiyah Karangpilang Surabaya menyelenggarakan pengajian Ad-Dhuha pada Ahad (19/6/2022)  dengan tema: “Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama”. Narasumber dalam kajian ad-Dhuha kali ini adalah Dr. Mahsun, M Ag salah satu dosen Magister Pendidikan Islam UMSurabaya.

Dalam ceramahnya, Dr. Mahsun menjelaskan, moderasi dalam Muhammadiyah merupakan inti dari ideologi dan gerakan dakwah sosial keagamaan organisasi tersebut. Praktik moderasi yang baik terlihat jelas dalam lingkungan Muhammadiyah, seperti penolakan terhadap ideologi dan tindakan ekstrem, baik yang bersifat kiri radikal-komunis maupun kanan radikal-fundamentalis.

“Namun, Muhammadiyah menempatkan gerakannya pada posisi wasathiyah, yakni gerakan tengah yang berorientasi pada kemajuan,” jelasnya.

Muhammadiyah mengadopsi konsep moderasi beragama sebagai pendekatan untuk mencegah radikalisme dan terorisme, berbeda dengan deradikalisasi. Deradikalisasi dianggap berpotensi memberikan legitimasi atau ruang untuk kekerasan dalam perjuangan melawan radikalisme.

Menurut Muhammadiyah, melawan kekerasan dengan kekerasan hanya akan menghasilkan kekerasan baru, yang dianggap sebagai pendekatan yang tidak efektif dan kontraproduktif.

Radikalisme merupakan ancaman yang harus diatasi bersama, namun menghapusnya tidak harus dilakukan dengan kekerasan seperti yang sering diterapkan oleh aparat keamanan. Mengingat bahwa yang terlibat adalah sesama umat Islam, pendekatan moderasi beragama dianggap lebih manusiawi, karena pelaku radikalisme diajak untuk merenungkan kembali tindakan mereka.

Dr. Mahsun mengemukakan, untuk mengatasi radikalisme dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk radikalisme agama, Indonesia perlu memilih moderasi sebagai solusi. Menurut beliau, moderasi di Indonesia merupakan kelanjutan dari karakter masyarakat kepulauan ini yang secara historis memiliki kecenderungan moderat. Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dianggap sebagai dasar yang menyatukan berbagai aliran dalam konteks keindonesiaan.

Muhammadiyah dikenal sangat konsisten dalam mengusung moderasi sebagai respons terhadap radikalisasi dan radikalisme, sambil memberikan kritik terhadap pendekatan deradikalisasi. Menurut Muhammadiyah, untuk tetap menjadi kekuatan moderat, pendekatan yang diambil harus tetap moderat dan bukan berupa dekonstruksi.

Dalam ceramahnya, Mahsun juga menjelaskan bahwa Islam mengenal konsep wasathiyah, yang merujuk pada istilah “ummatan wasathan” dalam al-Quran, yang berarti umat yang moderat.

Wasathiyah ini bersifat dinamis dan tegas, tidak lemah atau mudah goyang, tetapi memiliki wibawa dan memimpin dengan prinsip keadilan, serta menerapkan keadilan terutama terhadap diri sendiri.

“Strategi Muhammadiyah dalam mencegah penyebaran radikalisme di kalangan pemuda merupakan upaya strategis dan berkelanjutan untuk menjaga keamanan dan kesatuan masyarakat. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah telah mengembangkan metode istinbath hukum yang berada di jalur tengah, menggabungkan tradisi dan inovasi,” jelasnya.

Dalam konteks ini, beberapa aspek penting dari strategi Muhammadiyah dalam mengatasi radikalisme meliputi:

Pertama, Muhammadiyah menerapkan pendidikan moderat dan konsisten dari tingkat pusat hingga daerah. Pendidikan ini tidak hanya berfokus pada pengajaran agama Islam tetapi juga pada pengembangan karakter yang kokoh dan toleransi.

Kedua, Muhammadiyah mengelola tempat ibadah dan masjid dengan menyaring konten ceramah dan penceramah. Langkah ini bertujuan memastikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan bebas dari unsur radikalisme. Muhammadiyah juga melakukan seleksi ketat terhadap penceramah untuk menghindari penyebaran ideologi ekstrem.

Ketiga, Muhammadiyah mengedepankan tajdid secara proporsional, yaitu menggabungkan semangat modernitas Barat dengan tradisionalitas Timur. Pendekatan ini membantu dalam mengantisipasi ekstremisme dengan moderasi, sehingga mengurangi risiko penyebaran radikalisme di kalangan pemuda. (arfan muamar)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini