Dua kader muda Muhammadiyah, Fathan Faris Saputro dan Nurul Iftiasanti, menerbitkan sebuah karya sastra berupa antologi puisi berjudul Pelukan Ramadan. Buku ini merupakan refleksi spiritual dan pengalaman mendalam yang dialami para penulis selama bulan Ramadan 1445 Hijriyah.
Antologi puisi tersebut diterbitkan oleh Penerbit Eja dan memuat 99 puisi yang menggambarkan perjalanan batin Faris dan Nurul sepanjang Ramadan. Setiap puisi dalam buku ini menceritakan kedalaman makna dan esensi bulan Ramadan sebagai bulan penuh keberkahan dan keajaiban.
Bagi Fathan Faris Saputro, Pelukan Ramadan bukanlah karya pertamanya. Sebelumnya, ia telah menerbitkan berbagai artikel di media cetak dan online, serta sebuah buku berjudul Luwesitas IMM. Namun bagi Nurul Iftiasanti, buku ini adalah debut pertamanya sebagai seorang penulis.
“Pelukan Ramadan adalah buku pertama saya yang diterbitkan. Saya tidak punya keahlian dalam menulis, tetapi ketertarikan saya pada tulisan dan bacaan mendorong saya untuk merangkai bait demi bait puisi,” jelas Nurul yang saat ini menjabat sebagai pengurus DPD IMM Kalimantan Tengah, kepada awak media, Rabu (11/9/2024).
Faris mengungkapkan, Pelukan Ramadan merupakan karya yang menyentuh esensi bulan Ramadan. Setiap bait puisinya menggambarkan bagaimana Ramadan memberikan kedamaian dan kehangatan yang mendalam, baik secara fisik maupun spiritual.
“Bulan suci Ramadan 1445 Hijriyah adalah perjalanan yang tak terlupakan,” ungkap Faris yang juga anggota MPI PCM Solokuro ini.
“Di tengah keheningan malam, saat sahur dan tadarus, muncul dorongan kuat untuk menulis. Setiap tarikan napas terasa dipenuhi cahaya dan kedamaian. Itulah titik awal lahirnya buku Pelukan Ramadan,” tambahnya.
Melalui karya ini, Faris dan Nurul berharap Pelukan Ramadan dapat menjadi pengingat bagi siapa saja yang merindukan suasana Ramadan dan kedamaian yang sering kali terlewatkan di tengah kesibukan duniawi.
“Kami berharap buku ini bisa mengingatkan para pembaca akan kehangatan Ramadan, yang mungkin terlewatkan oleh kesibukan duniawi,” ungkap Faris.
“Buku ini lahir dari kerinduan untuk terus berada dalam dekapan Ramadan, dan merasakan keajaiban di setiap sudut kehidupan yang dihadirkannya,” tambahnya.
Dengan terbitnya Pelukan Ramadan, Fathan Faris Saputro dan Nurul Iftiasanti membuktikan bahwa refleksi spiritual dapat diungkapkan melalui karya sastra yang sarat makna. Mereka juga berharap buku ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam meresapi esensi Ramadan dan mengangkat nilai-nilai spiritual melalui puisi. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News