*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku. Niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imron: 31)
Ayat ini menegaskan bahwa cinta kepada Allah bukan sekadar pengakuan lisan, tetapi harus diwujudkan dengan mengikuti ajaran dan teladan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Cinta kepada Allah akan membawa seseorang kepada ketundukan dan ketaatan kepada-Nya. Namun, ketaatan kepada Allah hanya bisa sempurna jika kita meneladani Rasul-Nya.
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah menjelaskan:
فإن محبة الله لا تتم إلا بطاعته، ولا سبيل إلى طاعته إلا بمتابعة رسوله
“Sesungguhnya cinta kepada Allah tidak akan sempurna kecuali dengan menaati-Nya, dan tidak ada jalan untuk menaati-Nya kecuali dengan meneladani Rasul-Nya.” (Fathul Baari libni Rojab, 1/48)
Dalam penjelasan tafsirnya, Al-Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan:
“Ayat yang mulia ini menjadi hakim atas setiap orang yang mengaku mencintai Allah, namun tidak mengikuti jalan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Orang tersebut sebenarnya berdusta dalam pengakuannya hingga ia benar-benar mengikuti syariat dan agama Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap perkataan dan perbuatannya.”
Beliau juga menambahkan bahwa cinta kepada Allah akan menghasilkan lebih dari sekadar perasaan cinta kepada-Nya; melainkan, Allah juga akan mencintai hamba tersebut. Dengan mencintai Allah dan meneladani Nabi, seseorang akan mendapatkan cinta dari Allah yang jauh lebih besar daripada apa yang mereka tawarkan kepada-Nya.
Sebagaimana dalam hadits shahih, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَد
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu ‘anha)
Hal ini menjadi bukti bahwa setiap amalan ibadah atau bentuk ketaatan harus mengikuti ajaran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Tanpa mengikuti ajaran beliau, amalan tersebut tidak diterima oleh Allah, meskipun niatnya baik.
Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّه
“Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku. Barulah Allah akan mencintai kalian.” (Ali Imron: 31)
Makna dari ayat ini, menurut Ibnu Katsir, adalah bahwa dengan mengikuti Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, seseorang tidak hanya merasakan cinta kepada Allah, tetapi juga mendapatkan balasan berupa cinta Allah kepada dirinya.
Cinta Allah ini adalah hadiah yang jauh lebih besar daripada apa pun yang bisa kita berikan. Allah juga menjanjikan ampunan atas dosa-dosa bagi siapa saja yang mengikuti ajaran Rasul-Nya, dan Dia adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Dengan mengikuti sunnah Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap aspek kehidupan kita, baik dalam ibadah, muamalah, maupun akhlak, kita dapat meraih cinta Allah yang sejati.
Inilah langkah paling mudah dan utama untuk memperoleh cinta-Nya, yakni dengan meneladani Rasul-Nya dalam segala hal. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News