UM Surabaya

Ibrah dari Sejarah

Sejarah adalah guru kehidupan. Membaca lembaran kelam bangsa ini seharusnya memberikan “ibrah” (pelajaran) bagi generasi saat ini.

Kata ibrah sendiri bermakna “menyeberang,” seperti sebuah sampan yang melintasi sungai dari satu tepi ke tepi lainnya.

Dalam hal ini, kita diminta untuk menjadikan peristiwa-peristiwa masa lalu sebagai cermin pembelajaran.

Tidak hanya dari perspektif individu, namun juga dalam konteks bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sejarah memberikan pelajaran berharga.

Peristiwa seperti G30S menyiratkan betapa pentingnya persatuan dalam menjaga stabilitas negara dan menghadapi tantangan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.

Umat Islam Harus Menulis Sejarahnya

Buku Banjir Darah: Kisah Nyata Aksi Partai Komunis (PKI) terhadap Kiai, Santri, dan Kaum Muslimin karya Anab Afifi dan Thowaf Zuharon mengisahkan bagaimana PKI dengan kejam melakukan serangkaian tindakan brutal terhadap umat Islam.

Diterbitkan pada tahun 2020, buku ini memuat kisah-kisah yang mengungkap sisi kelam tindakan PKI, terutama terhadap para kiai dan santri.

Karya lainnya yang patut dibaca adalah “Benturan NU dan PKI Tahun 1948-1965,” yang mengisahkan secara rinci bagaimana PKI melakukan provokasi, teror, dan serangan terhadap NU, pesantren, serta aparat negara.

Buku ini memberikan sudut pandang yang selama ini mungkin tidak terangkat dalam narasi sejarah yang ditulis oleh pemerintah atau akademisi asing.

Kesamaan dari kedua buku ini adalah pentingnya umat Islam menuliskan sejarahnya sendiri, sebab narasi yang dibangun oleh pihak luar kerap kali mengabaikan atau mengaburkan peran para ulama dan santri dalam mempertahankan kedaulatan bangsa.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini