Imam Nasai meriwayatkan pula dari Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ubaidillah, dari Syu’aib ibnu Harb, dari Ismail ibnu Muslim, dari Abul Mutawakkil, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang sama. Dalam keterangan yang lalu telah disebutkan hadis dari Ubay ibnu Ka’b, menceritakan hal yang semisal. Semuanya itu merupakan tiga peristiwa.
Kisah yang lain diriwayatkan oleh Abu Ubaid di dalam Kitabul Garib-nya: telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Abu Asim As-Saqafi, dari Asy-Sya’bi, dari Abdullah ibnu Mas’ud, bahwa ada seorang lelaki dari kalangan manusia berangkat, lalu ia bersua dengan lelaki dari kalangan makhluk jin. Jin berkata kepadanya, “Maukah engkau berkelahi denganku? Jika kamu dapat mengalahkan aku, aku akan mengajarkan kepadamu suatu ayat yang jika kamu katakan ketika hendak memasuki rumahmu niscaya tidak ada setan yang berani memasukinya.” Maka manusia itu berkelahi dengannya, dan ternyata dia dapat mengalahkannya. Lalu si manusia berkata, “Sesungguhnya aku menjumpaimu berbadan kurus lagi kasar, seakan-akan kedua tanganmu seperti tangan (kaki depan) anjing. Apakah memang demikian semua bentuk dan rupa kalian golongan jin, ataukah kamu hanya salah satu dari mereka?” Jin itu menjawab, “Sesungguhnya aku di antara mereka adalah jin yang paling kuat Sekarang marilah kita bertarung lagi.” Maka manusia itu bertarung dengannya dan dapat mengalahkannya. Akhirnya jin itu berkata: Kamu baca ayat Kursi, karena sesungguhnya tidak sekali-kali seseorang membacanya bila hendak memasuki rumahnya, melainkan setan (yang ada di dalamnya) keluar seraya terkentut-kentut, seperti suara keledai. Kemudian dikatakan kepada Ibnu Mas’ud, “Apakah yang dimaksud dengan manusia tersebut adalah sahabat Umar?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Siapa lagi orangnya kalau bukan Umar.”
Abu Ubaid mengatakan bahwa ad-dail artinya bertubuh kurus, dan al-khaikh yang adakalanya juga dibaca al-haih artinya suara kentut.
Hadis lain diriwayatkan dari Abu Hurairah.
Imam Hakim (yaitu Abu Abdullah) telah mengatakan di dalam kitab Mustadrak-nya:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَمْشَاذَ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنِي حَكِيمُ بْنُ جُبَير الْأَسَدِيُّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “سُورَةُ الْبَقَرَةِ فِيهَا آيَةٌ سَيِّدَةُ آيِ الْقُرْآنِ لَا تُقْرَأُ فِي بَيْتٍ فِيهِ شَيْطَانٌ إِلَّا خَرَجَ مِنْهُ! آيَةُ الْكُرْسِيِّ”.
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hamsyad, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Hakim ibnu Jubair Al-Asadi, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda: Surat Al-Baqarah di dalamnya terdapat sebuah ayat, yaitu penghulu semua ayat Al-Qur’an. Tidak sekali-kali ia dibaca di dalam sebuah rumah yang ada setannya, melainkan setan itu pasti keluar darinya, yaitu ayat Kursi.
Hal yang sama diriwayatkan melalui jalur lain, dari Zaidah, dari Hakim ibnu Jubair, lalu Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih tetapi keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya. Demikianlah menurut Imam Hakim.
Imam Tirmidzi meriwayatkannya melalui hadis Zaidah yang lafaz (teks) yang berbunyi seperti berikut:
“لِكُلِّ شَيْءٍ سِنَامٌ وَسِنَامُ الْقُرْآنِ سُورَةُ البقرة وفيها آية هي سيدة آي القرآن: آيَةُ الْكُرْسِيِّ”.
Segala sesuatu itu mempunyai puncaknya, dan puncak Al-Qur’an ialah surat Al-Baqarah; di dalamnya terdapat sebuah ayat, penghulu semua ayat Al-Qur’an, yaitu ayat Kursi.